Rabu, 10 Januari 2018

PERUBAHAN BENTUK KATA

NAMA       : DELFI NOFITA SARI
NIM            : 166048
KELAS       : PBSI 2016 A
MATA KULIAH  : MORFOLOGI
PERUBAHAN BENTUK KATA
Pada umumnya, perubahan bentuk kata itu disebabkan oleh adanya perubahan beberapa kata asli karena pertumbuhan dalam bahasa itu sendiri, atau karena memang adanya perubahan bentuk dari kata-kata. Perubahan-perubahan bentuk kata apapun dalam suatu bahasa lazim disebut gejala bahasa. Badudu dalam Muslich (2010:101).
Peristiwa menyangkut bentukan-bentukn kata atau kalimat dengan segala macam proses pembentukannya.
Macam-macam gejala bahasa dapat diuraikan sebagai berikut:
A. Analogi
Merupakan salah satu cara pembentukan kata baru. Yang disebut analogi adalah suatu pembentukan bahasa dengan meniru contoh yang sudah ada. Dalam suatu bahasa yang sedang tumbuh dan berkembang, pembentukan kata-kata baru (Analogi) sangat penting sebab pembentukan kata baru dapat memperkaya perbendeharaan bahasa.
Menyatakan laki-laki
Menyatakan perempuan
Saudara /a/
Saudari /i/
Pemuda /a/
Pemudi /i/
Siswa /a/
Siswi /i/
Mahasiswa /a/
Mahasiswi /i/

            Fonem /a/ dan /i/ yang terletak pada akhir kata mempunyai fungsi menyatakan perbedaan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Karena bentukan-bentukan seperti itulah dalam bahasa inonesia terdapat bentukan baru. Selain bentukan baru seperti diatas, ada pula deretan kata yang sudah lama kita jumpai. Misal: sastrawan, wartawan, hartawan, dan bangsawan.
B. Adaptasi
Menurut Muslich (2010:102) adaptasi ialah perubahan bunyi dan struktur bahasa asing menjadi bunyi dan struktur yang sesuai dengan penerimaan pendengaran atau ucapan lidah bangsa pemakai bahasa yang dimasukinya.
       Adaptasi atau penyesuaian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu adaptasi fonologis dan adaptasi morfologis.
1.      Adaptasi fonologi adalah penyesuaian perubahan bunyi bahasa asing menjadi bunyi yang sesuai dengan ucapan lidah bangsa pemakai bahasa yang dimasukinya. Adaptasi ini menekankan pada lafal bunyi, misalnya:
Bahasa asing atau daerah
Bahasa yang dimasukinya
Fadhuli (Arab)
Peduli
Dhahir (Arab)
Lahir
Voorsehot (Belanda)
Persekot
Vooloper (Belanda)
Pelopor
Chauffeur (Belanda)
Sopir
Vacantie (Belanda)
Pakansi
Zonder (Belanda)
Solder
Zaal (Belanda)
Sal
Trampil (Jawa)
Terampil
Kraton (Jawa)
Keraton

2.      Adaptasi morfologis adalah penyesuaian struktur betuk kata. Berpengaruh juga pada perubahan bunyi, misalnya:
Bahasa asing
Bahasa yang dimasukinya
Schildwacht (Belanda)
Sekilwak
Parameswari (Sanskerta)
Permaisuri
Prahara (Sanskerta)
Perkara

C. Kontaminasi
       Menurut Muslich (2010:103) dalam bahasa Indonesia, kata kontaminasi sama dengan keracunan. Kata racun berarti ‘campur aduk’, ‘tumpang tindih’, ‘kacau’. Kata racun (keracunan) sebagai istilah yang berkaitan dengan percamouradukan dua unsur bahasa (imbuhan, kata, frase, atau kalimat) yang tidak wajar. Ketidakwajaran yang menunjukkan bentuk racun itu (khususnya bentuk kata) diuraikan sebagai berikut.
       Kata (1) dinasionalisirkan, dan (2) dipublisirkan. Pada kedua contoh kata tersebut keracunan akhiran {-ir} (Belanada) dengan akhiran {-kan} yang membentuk kata kerja. Pada kedua contoh kata tersebut mengalami dua kali proses pembentukan kata kerja; akhiran {-ir} dan akhiran {-kan}. Hal tersebutlah yang menimbulkan keracunan. Bentuk dinasionalisasikan berasal dari tumpang-tindih dua kata: dinasionalisir dan dinaionalisasikan, kedua bentuk akhir ini sama artinya.
       Menurut Muslich (2010:104) bentuk kata kerja di atas dalam pemakaian bahasa Indonesia bersaing dengan kata-kata dinasionalisasikan dan dipublikasikan, yang hanya terjadi satu kali proses pembentuannya, yaitu dari kata benda nasional, dan publikasi. Disebut kontaminasi bentuk kata. Contoh lain: direalisasikan, dipertinggikan, diperuaskan.
D. Hiperkorek
       Menurut Muslich (2010:104) gejala hiperkorek merupakan proses pembetulan bentuk yang sudah lalu malah menjadi salah. Maksdunya, sesuatu yang sudah betul dibetulkan lagi, yang akhirnya malah menjadi salah, dianggap bentuk yang tidak baku. Berikut uraian gejala hiperkorek:
Gejala hiperkorek
Contoh
Fonem /s/ menjadi /sy/
·         Sehat menjadi syehat
·         Insaf menjadi insyaf
·         Saraf menjadi syaraf
Fonem /h/ menjadi /kh/
·         Ahli menajdi akhli
·         Hewan menjadi khewan
·         Rahim menajdi rakhim
Fonem /p/ mejadi /f/
·         Pasal menjadi fasal
·         Paham menjadi faham
Fonem /j/ menjadi /z/
·         Ijazah menjadi izazah
·         Jenazah menjadi zenazah.

       Gejala hiperkorek melanda ragam bahasa pergaulan remaja atau dalam bahasa lawak. Misalnya kofi, mefet, syusyu, dan lain sebagainya.
E. Varian
       Dijumpai dalam ucapan pejabat pada Era Orde Baru. Vokal /a/ pada sufiks –kan menjadi /e/. Misalnya:
  • Direncanakan à direncanaken
  • Digalakkan à digalakken
  • Diambilkan à diambilken
  • Membacakan à membacaken
F. Asimilasi
       Menurut Muslich (2010:105) gejala asimilasi berarti proses penyamaan atau penghampirsamaan bunyi yang tidak sama. Misalnya:
·         Alsalam > assalam > asalam
·         Inmoral > immoral > imoral
·         Mertua > mentua
G. Dismilasi
       Menurut Muslich (2010:105) disimilasi adalah proses berubahnya dua buah fonem yang sama menjadi tidak sama. Misalnya:
·         Vanantara (Sanskerta) à Belantara
·         Citta (Sanskerta) à Cipta
·         Sajjana (Sanskerta) à Sarjana
·         Rapport (Belanda) à Lapor
·         Lalita (Sanskerta) à Jelita
·         Lauk-lauk (Melayu) à Lauk pauk
H. Adisi
       Menurut Muslich (2010:106) gejala adisi ialah perubahan yang terjadi dalam suatu tuturan yang ditandai oleh penambahan fonem.
NO.
Gejala adisi
Penjelasan
Contoh
1.
Protesis
Proses penambahan fonem pada awal kata.
·         Lang à elang
·         Mas à emas
·         Stri à istri
·         Smara à asrama
2.
Epentesis
Proses penambahan fonem di tengah kata.
·         General à jenderal
·         Gopala à gembala
·         Rancana à rencana
·         Upama à umpama
3.
Paragog
Proses penambahan fonem pada akhir kata.
·         Lamp à lampu
·         Hulubala à hulubalang
·         Ina à inang
·         Adi à adik
I. Reduksi
       Menurut Muslich (2010:106) gejala reduksi adalah peristiwa pengurangan fonem dalam suatu kata.
NO.
Gejala reduksi
Penjelasan
Contoh

1.
Aferesia
Proses penghilangan fonem pada awal kata.
·         Upawasa à puasa
·         Uelociped à sepeda
·         Telentang à tentang
·         Tatapi à tetapi à tapi
2.
Sinkop
Penghilangan fonem di tengah-tengah kata.
·         Utpati à upeti
·         Listuhayu à lituhayu
·         Sahaya à saya
·         Kelamarin à kemarin
3.
Apokop
Proses penghilangan fonem pada akhir kata.
·         Pelangit à pelangi
·         Possesiva à posesif
·         Import à impor
·         Mpulaut à pulau
J. Metatesis
       Menurut Muslich (2010:107) metatesis suatu pertukaran, adalah perubahan kata yang fonem-fonemnya bertukar tempatnya. Contoh:
·         rontal à lontar
·         betting à tebing
·         kelikir à kerikil
·         banteras à berantas
·         alamri à lemari
K. Diftongisasi
       Menurut Muslich (2010:107) diftongisasi adalah proses perubahan suatu monoftong jadi diftong. Contoh:
·         sodara à saudara
·         suro à surau
·         pulo à pulau
·         pete à petai
·         sate à satae
L. Monoftongisasi
       Menurut Muslich (2010:108) monoftongisasi adalah proses perubahan suatu diftong (gugusan vokal) menjadi monoftong. Contoh:
·         gurau à guro
·         bakau à bako
·         sungai à sunge
·         danau à dano
·         buai à bue
M. Anaptiksis
       Menurut Muslich (2010:108) anaptiksis adalah proses penambahan suatu bunyi dalam suatu kata guna melancarkan ucapannya. Contoh:
·         putra à putera
·         putri à puteri
·         slok à seloka
·         candra à candera
·         srigala à serigala
N. Haplologi
       Menurut Muslich (2010:108) haplologi adalah proses penghilangan suku kata yang ada di tengah-tengah kata. Contoh:
·         sarnanantara à sementara
·         budhidaya à budaya
·         mahardhika à merdeka

O. Kontraksi
       Menurut Muslich (2010:109) kontraksi ialah gejala yang memperlihatkan satu atau lebih fonem yang dihilangkan. Contoh:
·         perlahan-lahan à pelan-pelan
·         bahagianda à baginda
·         tidak ada à tiada
·         tapian na uli à Tapanuli

DAFTAR PUSTAKA
Masnur,Muslich.2010. Tata Bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar