NAMA :
DELFI NOFITA SARI
NIM :
166048
KELAS : PBSI 2016 A
MATA KULIAH : MORFOLOGI
IDENTIFIKASI AFIKSASI
A.
AFIKSASI
PEMBENTUKAN VERBA
- Verba
berprefiks ber-
Bentuk dasar dalam pembentukan verba
1.
Morfem dasar terikat: termpur →
bertempur; berkelahi→kelahi.
2.
Morfem dasar bebas:
ladang→berladang; kerja→bekerja.
3.
Bentuk turunan berafiks:
pakaian→berpakaian; kebangsaan→berkebangsaan.
4.
Bentuk turunan reduplikasi:
lari-lari→berlari-lari; keluh-kesah→berkeluh-kesah.
5.
Bentuk turunan hasil komposisi: jual
beli→berjual beli; terima kasih→berterima kasih.
Makna gramatikal verba berprefiks ber- :
1.
Mempunyai (dasar) = Apabila bentuk
dasarnya berkomponen makna (+benda), (+umum),(+milik),(+bagian). Contoh:
berayah’mempunyai ayah’, berjendela’ada jendelanya’.
2.
Memakai = Apabila bentuk dasarnya
berkomponen makna (+pakaian) atau (+perhiasan). Contoh: berkebaya ‘memakai
kebaya’, berkalung ‘memakai kalung’.
3.
Mengendarai = Apabila bentuk
dasarnya berkomponen (+kendaraan). Contoh: bersepeda ‘mengendarai sepeda’,
berbemo ‘naik bemo’, berkereta ‘menumpang kereta’.
4.
Berisi = Apabila bentuk dasarnya
berkomponen makna (+benda), (+dalaman), (+kandungan). Contoh: beracun
‘mengandung racun’, berair ‘berisi air’.
5.
Mengeluarkan = Apabila bentuk
dasarnya berkomponen makna (+benda), (+hasil), (+keluar). Contoh: bertelur
‘mengeluarkan telur’, berdarah ‘mengeluarkan darah’.
6.
Mengusahakan = Apabila bentuk
dasarnya berkomponen makna (+bidang usaha). Contoh: berladang ‘mengusahakan
ladang’, bersawah ‘mengerjakan sawah’.
7.
Melakukan kegiatan = Apabila bentuk
dasarnya berkomponen makna (+benda), (+kegiatan). Contoh: bersenam ‘melakukan
senam’, berdiskusi ‘melakukan diskusi’.
8.
Mengalami = Apabila bentuk dasarnya
berkomponen makna (+perasaan batin). Contoh: bergembira’dalam keadaan gembira’,
bersedih ‘dalam keadaan sedih’.
9.
Menyebut’ atau ‘menyapa = Apabila
bentuk dasarnya berkomponen makna (+kerabat), (+sapaan). Contoh: berabang
‘memanggil abang’, berkakak ‘menyebut kakak’.
10.
Kumpulan’ atau ‘kelompok’ = Apabila
bentuk dasarnya berkomponen (+jumlah), (+hitungan). Contoh: berdua ‘kumpulan
dari dua (orang).
11.
Memberi = Apabila bentuk dasarnya
berkomponen makna (+benda) dan (+berian). Contoh: bersedekah ‘memberi sedekah’.
Ada kata berprefiks ber- yang tidak bermakna gramatikal namun
idiomatikal:Berpulang ‘meninggal’, bersalin’melahirkan, bertekuk lutut
‘menyerah’, bertolak ‘melakukan perjalanan’.
- Verba
berkonfiks dan berklofiks ber-an
1.
Konfiks → prefiks ber- dan sufiks
–an diimbuhkan secara bersamaan sekaligus pada sebuah bentuk dasar. Contoh:
bermunculan.
2.
Klofiks → prefiks ber- dan sufiks
–an tidak diimbuhkan secara bersamaan pada sebuah dasar. Contoh: berpakaian.
- Verba
berklofiks ber-kan
Mula-mula pada bentuk dasar diimbuhkan prefiks ber-, lalu
diimbuhkan pula sufiks –kan.
Misal: Ber senjata kan
Beberapa verba berklofiks ber-kan:
Bermodalkan
Beristrikan
Bersuamikan
Bertatahkan
Beratapkan
Berdinding
Berlantaikan
|
Berkalungkan
Bermenantukan
Berdalikan
Beralaskan
Berasakan
Berdasarkan
Berlaukkan
|
Bermodalkan
Berlandasakan
Bertuhankan
Berselimutkan
Bertaburkan
Berbantalkan
Bermotifkan
|
- Verba
bersufiks –kan
Ø Kalimat imperatif: lemparkan bola itu, tuliskan
Ø Kalimat pasif yang predikatnya berpola: (aspek)+pelaku+verba. Contoh:
rumah itu baru kami dirikan.
Ø Keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang +
(aspek) + pelaku + verba. Contoh: kami melawati daerah yang sudah mereka
amankan.
Verba bersufiks
–kan memiliki makna gramatikal:
Ø ‘jadikan’ → (+keadaan), (+sifat khas). Contoh: Tenangkan ‘jadikan
tenang’.
Ø ‘jadikan berada di’ → (+tempat), (+arah). Contoh: tempatkan
‘jadikan berada di tempat’.
Ø ‘lakukan untuk orang lain’ → (+tindakan), (+sasaran). Contoh:
bacakan ‘lakukan baca untuk orang lain’.
Ø ‘lakukan akan’ → (+tindakan), (+sasaran). Contoh: hindarkan
‘lakukan hindar akan’.
Ø ‘bawa masuk ke’ → (+ruang). Contoh: gudangkan ‘bawa masuk ke
gudang’.
- Verba
bersufiks –i
Verba bersufiks
–i memiliki makna gramatikal =
1.
‘berulang kali’ → (+tindakan),
(+sasaran). Contoh: pukuli ‘pekerjaan pukul dilakukan berulang kali’.
2.
‘tempat’ → (+tempat). Contoh: duduki
‘duduk di ….’.
3.
‘merasa sesuatu pada’ → (+emosi).
Contoh: kasihi ‘merasa kasih pada’.
4.
‘memberi’ → (+bahan berian). Contoh:
garami ‘beri garam pada’.
5.
‘jadikan’ → (+keadaan). Contoh:
lengkapi ‘jadikan lengkap’.
6.
‘lakukan pada’ → (+tempat). Contoh:
diami ‘lakukan diam pada’
- Verba
berprefiks per-
Ø Kalimat imperatif: Persingkat bicaramu!
Ø Kalimat pasif berpola: (aspek)+pelaku+verba → penjagaan akan kami
perketat nanti malam.
Ø Keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola:
yang+aspek+pelaku+verba. Misalnya: mobil yang belum lama kami perbaiki mogok
lagi
- Verba
berkonfiks per-kan
Ø
Kalimat
imperatif : persiapkan dulu bahan-bahannya!
Ø
Kalimat
pasif berpola: (aspek)+pelaku+verba → usulmu itu sedang kami pertimbangkan.
Ø Keterangan tambahan pada subjek atau objek yang
berpola: yang+aspek+pelaku. Misalnya: Tarian yang sudah mereka pertunjukkan
akan diulang lagi.
Verba berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal :
1. Jadikan bahan per-an.
Contoh : perdebatan, “artinya jadikan bahan perdebatan.”
2. Lakukan supaya (dasar).
Contoh : persamakan, “ artinya lakukan supaya sama”
3. Jadikan me-.
Contoh : perdengarkan. “ artinya jadikan (orang lain mendengar)
4. Jadikan ber-.
Contoh : pertemnukan. “ artinya jadikan bertemu”
- Verba berkonfiks per-i
Ø Kalimat imperatif : Perbaiki dulu sepeda ini!
Ø Kalimat pasif yang
predikatnya berpola: (aspek)+pelaku+verba → mobil itu baru kita perbaiki.
Ø Keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola:
yang+aspek+pelaku+verba.
- Verba
berprefiks me-
Ø Me- → /r,l,w,y,m,n,ny,ng/ → merawat, menaiki, menyala
Ø Mem- → /b,p,f,v/ → meembina, memfrasekan,memvitamnkan.
Ø Khusus morfem p → memprotes menjadi memrotes.
Ø Men- → /d, t/ → menduda. Khusus morfem /t/ → mentua menjadi menua.
Ø Meny- → /c, s/ → mencuci, mencari. Khusu /s/ → mensikat menjadi
menyikat.
Ø Meng- → /k,g,h,a,kh,z,u,e,o/ → menggali, menkristal, menghubungi.
- Verba
berprefiks di-
Verba berprefiks di- inflektif adalah verba pasif. Makna
gramatikalnya adalah kebalikan dari bentuk aktif verba
berprefiks me- infelktif.
1.
Verba berprefiks di- inflektif adalah
verba pasif
2. Verba berprefiks di- defiratif. Contoh kata : dimaksud
- Verba
berprefiks ter-
1.
Verba berprefiks ter- inflektif
Terangkat →
dapat diangkat
Terbaca → dapat
dibaca
2.
Verba berprefiks ter- derivatif
Terbaik → paling baik
Teringat → tiba-tiba ingat.
- Verba
berprefiks ke-
1.
Kebaca = terbaca
2.
Ketipu = tertipu
3.
Ketangkap = tertagkap
- Verba
berprefiks ke-an
1.
Kebanjiran, artinya ‘terkena banjir’
2.
Kebakaran, atrinya ‘menderita bakar’
3.
Kehjauan, arinya ‘agak hijau’
B.
AFIKSASI PEMBENTUKAN NOMINA
Menurut,
Chaer, 2008. Afiksasi pembentukan nomina adalah sebagai berikut:
- Nomina
berprefiks ke-
Nomina berprefiks ke- sejauh data yang ada hanyalah
ada tiga buah kata yaitu ketua, kekasih, dan kehendak dengan makna gramatikal
‘yang ditua’, ‘yang dikasihi’, dan ‘yang dikehendaki’. Contoh lain tidak ada
- Nomina
berkonfiks ke-an
1.
Dibentuk langsung
dari bentuk dasar.
Contoh:
hutan + ke-an → kehutanan, ‘hal hutan’.
2.
Dibentuk dari
akar, tetapi melalui verba yang menjadi predikat dalam satu klausa.
Contoh:
keberanian (diturunkan dari verba berani, dari klausa ‘mereka sungguh berani’).
- Nomina
berprefiks pe-
- Nomina
berprefiks pe- yang mengikuti kaidah persengauan.
Prefiks
pe- yang mengikuti kaidah persengauan dapat berbentuk:
Ø Alomorf pe- → /r,l,w,y,m,n,ny,ng/.
Contoh:
perawat, pemarah, pengamen.
Ø Alomorf pem- → /b,p,f,v/ (/b,f,v/ tetap berwujud, /p/
dinasalkan).
Contoh:
pembina, pemfitnah, pemveto, pemotong.
Ø Alomorf pen- → /d,t/ (/d/ tetap berwujud, /t/
dinasalkan).
Contoh:
pendengar, penulis.
Ø Alomorf peny- → /s,c,j/.
Contoh:
peny+sikat→penyikat, peny+curi→pencuri, peny+jual→penjual.
Ø Alomorf peng- → /k,g,h,kh,a,i,u,e,o/ (/k/ disenyawakan
dengan bunyi nasal /ng/).
Contoh:
peng+kirim→pengirim, peng+gugat→penggugat, peng+iris→pengiris.
Ø Alomorf penge- → digunakan untuk verba ekasuku.
Contoh:
penge+bom→pengebom, penge+tik→pengetik.
- Nomina
berprefiks pe- yang tidak mengikuti kaidah persengauan.
Nomina berprefiks pe- yang tidak mengikuti kaidah
persengauan berkaitan dengan verba berprefiks ber- atau verba berklofiks
memper-kan yang dibentuk dari dasar itu. Makna gramatikal yang dimiliki adalah
‘yang ber- (dasar)’. Contoh:Peladang (dari dasar ladang melalui verba
berladang).Pedagang (dari dasar dagang melalui verba berdagang).
- Nomina berprefiks pe- melalui proses analogi.
Contoh : penatar. “yang menatar” dan petatar “yang ditatar”
- Nomina
berkonfiks pe-an
Konfiks pe-an dalam pembentukan nomina mempunyai enam
buah bentuk atau alomorf, yaitu:
1.
Alomorf pe-an →
/r,l,w,y,m,n,ny,ng/.
Contoh:
perawatan, pemantapan, penantian.
2.
Alomorf pem-an →
/b,p,f,v/ (/b,f,v/ tetap berwujud, /p/ disengaukan).
Contoh:
bembinaan, pemfitnahan, pem+potong+an→pemotongan.
3.
Alomorf pen-an →
/d,t/ (/d/ tetap berwujud, /t/ disengaukan).
Contoh:
pedengaran, pen+tertib+an → penertiban.
4.
Alomorf peny-an →
/s,c,j/.
Contoh:
peny+curi+an → pencurian.
5.
Alomorf peng-an →
/k,g,h,kh,a,i,u,e,o/ (/k/ disengaukan).
Contoh:
penggalian, pengkhianatan, peng+kirim+an→pemgiriman.
6.
Alomorf penge-an →
digunakan apabila bentuk dasarnya berupa ekasuku.
Contoh:
pengeboran, pengetikan.
- Nomina
berkonfiks per-an
Diturunkan
dari dasar melalui verba berprefiks ber-.
1.
Alomorf per-an →
perdagangan, perselingkuhan, pergaulan.
2.
Alomorf pe-an →
pekerjaan, peternakan.
3.
Alomorf pel-an →
pelajaran.
Dibentuk
langsung dari dasar nomina.
Ø Perkaretan
Ø Perburuhan
Ø Perkantoran
- Nomina
bersufiks –an
Dibentuk
dari dasar melalui verba berprefiks me-inflektif.
Tulisan, dalam arti ‘hasil menulis (diturunkan melalui
verba menulis, di mana hubungan verba menulis dengan objeknya, misalnya, surat,
mempunyai hubungan hasil)’.
Dibentuk dari dasar melalui verba berprefiks ber-.
Tepian
‘tempat ber(tepi)’, kubangan ‘tempat ber(kubang).
Dasar
langsung diberi sufiks –an.
Ø Bulanan
Ø Ubanan
Ø Murahan
- Nomina
Bersufiks –nya
1.
Nomina bersufiks
–nya memiliki makna gramatikal ‘hal’ → (+keadaan).
Contoh:
naiknya harga BBM; luasnya daerah bencana.
2.
Nomina bersufiks
–nya memiliki makna gramatikal ‘penegasan’ → (+bendaan), (+tindakan).
Contoh:
mau makan, nasinya habis; datangnya Budi disambut hangat oleh Rudi.
- Nomina
berprefiks ter-
Nomina berprefiks ter- dengan makna gramatikal ‘yang
di- (dasar)’ hanya terdapat sebagai istilah dalam bidang hukum.
Contoh:
tersangka, terperiksa, terdakwa, tergugat, tertuduh, terhukum, terpidana.
- Nomina
berinfiks –el, -em, -er-
Sejauh
ini nomina berinfiks yang ada adalah:
1.
Telapak – tapak
2.
Telunjuk – tunjuk
3.
Gemetar – getar
4.
Seruling – suling
5.
Gerigi – gigi
6.
Pelatuk – patuk
7.
Genderang – gendang
- Nomina
bersufiks asing
Dalam
perkembangannya bahasa Indonesia banyak menyerap kosakata asing. Kosakata itu
diserap sekaligus dengan “sufiks” yang menjadi penenda kategori kata serapan
itu. “sufiks” penanda kelas atau kategori nomina, antara lain adalah:
1.
in pada kata :
hadirin, muslimin, mukimin (laki-laki yang (dasar)).
2.
at pada kata :
hadirat, musihat, mukminat (perempuan yang (dasar)).
3.
–ah pada kata :
gairah, hafizah (perempuan yang (dasar)).
4.
si pada kata :
kritisi, politisi, redaksi (yang bergerak dalam bidang yang (dasar)).
5.
–ika pada kata :
fisika, mekanika, fonetika (ilmu tentang (dasar)).
6.
–ir pada kata :
importir, donasir (pelaku kegiatan (dasar)).
7.
–ur pada kata :
direktur, inspektur (laki-laki yang menjadi (dasar)).
8.
–us pada kata :
politikus, kritikus (orang yang melakukan (dasar)).
9.
–isme pda kata :
kapitalisme, sukuisme (paham mengenai (dasar)).
10. –sasi pada kata: oragisasi, spesialisasi (proses pe-an
(dasar)).
11. –or pada kata : aktor, konduktor (yang
melakukan/menjadi (dasar)).
Sufiks asing tidak produktif dalam pembentukan nomina
bahasa Indonesia, kata-kata ‘asli’ bahasa Indonesia yang telah diberi sufiks
asing itu yang ada hanyalah kata-kata sukuisme, daerahisme, tendanisasi,
neonisasi, lelenasi.
C.
AFIKSASI
PEMBENTUKAN AJEKTIVA
Menurut Chaer, 2008.
Kosakata bahasa Indonesia yang
berkategori atau berkelas ajektiva pada umumnya berupa akar, jadi tidak ada
yang perlu dibentuk terlebih dahulu dengan proses pemberian afiks.
Dalam
buku tata bahasa Kridaklaksana (1989) dan buku Alwi (1998) ada sejumlah kata
berafiks yang bentuk dasarnya berkategori ajektiva dan nomina tetapi
berkomponen makna (+sifat) atau (+keadaan) digolongkan juga sebagai kata berkelas
ajektiva (Chaer, 2008).
Menurut
Chaer (168:2008) ciri gramatikal kosakata bahasa Indonesia ‘asli’ yang
berkategori ajektiva memang tidak tampak. Hal ini berbeda dengan kosakata yang
berasal dari unsur serapan bahasa Arab, bahasa Inggris, dan bahasa Belanda.
Kita hanya mengenal kosakata berkategori ajektiva yang berasal ‘asli’ bahasa
Indonesia dari segi semantik dan fungsi.
- Dasar
Ajektiva Berafiks Asli Indonesia
a.
Dasar ajektiva
berprefiks pe-
Ada dua macam proses pembubuhan prefiks pe- pada
adasar ajektiva, yaitu pertama yang diimbuhkan secara langsung dan kedua yang
diimbuhkan melalui verba berafiks me-kan. Bagannya:
(Dasar)
+ pe- → pe-dasar
(Dasar)
→ me-dasar-kan + pe →
pe-dasar
Pemberian afiks pe- secara langsung dapat terjadi
kalau dasar ajektiva itu memiliki komponen makna (+sikap batin) dan memberi
makna gramatikal ‘yang memiliki sifat (dasar)’. Misalnya:
Pemalu
– Pendendam
Pemarah
– Pembenci
Penakut
– Peragu
Pemberian prefiks pe- melalui verba konfiks me-kan
dapat terjadi apabila dasar ajektiva itu memiliki komponen makna (+keadaan
fisik) dan memberi makna gramatikal ‘yang menjadikan (dasar)’. Misalnya:
Pembersih
– Pendingin
Pemutih
– Pencemar
Pemanas
– Pelicin
b.
Dasar ajektiva
berprefiks se-
Pemberian prefiks se- pada semua dasar ajektiva
memberi makan gramatikal ‘sama (dasar) dengan nomina yang mengikutinya’.
Misalnya:
Sepintar
A, ‘sama pintar dengan A’.
Secantik
B, ‘sama cantik dengan B’.
Semerah
C, ‘sama merah dengan C’.
Dasar ajektiva dengan prefiks se- bukanlah berkategori
ajektiva sebab tidak dapat diawali adverbia agak atau sangat. Bentuk agak
sepintar dan sangat sepintar tidak berterima. Kata-kata yang dibentuk dari
dasar ajektiva dengan prefiks se- sesungguhnya berkategori verba. Prefiks se-
pada dasar ajektiva bertugas membentuk tingkat perbandingan ‘sama’ atau
sederajat dalam satu sistem penderajatan. Perhatikan:
Setinggi
→ sama tinggi → tingkat sama
(tinggian)
→ lebih tinggi → tingkat
lebih
(tertinggi)
→ paling tinggi → tingkat
paling (superlatif)
c.
Dasar ajektiva
bersufiks –an
Pemberian sufiks –an pada semua dasar ajektiva memberi
makna gramatikal ‘lebih (dasar)’ pada semua nomina yang mengikutinya. Misalnya:
Pintaran
a, ‘lebih pintar a’.
Murahan
d, ‘lebih murah d’.
Nakalan
w, ‘lebih nakal w’.
Dasar ajektiva dengan sufiks –an bukanlah berkategori
ajektiva, melainkan berketegori verba, sebab tidak dapat diawali adverbia agak
atau sangat.
(setinggi)
→ sama tinggi →
tingkat sama
Tinggian
→ lebih tinggi →
tingkat lebih
(tertinggi)
→ paling tinggi →
tingkat paling (superlatif)
d.
Dasar ajektiva
berprefiks ter-
Pengimbuhan prefiks ter- pada semua dasar ajektiva
memberi makna gramatikal ‘paling (dasar)’. Misalnya:
Tercantik,
‘paling cantik’.
Tertinggi,
‘paling tinggi’.
Termahal,
‘paling mahal’.
Kata-kata yang bentuk dasarnya ajektiva dengan prefiks
ter- tidaklah termasuk berkategori ajektiva, melainkan berkategori verba, sebab
tidak didahului adverbia agak dan sangat. Bentuk seperti agak termahal dan
sangat termahal tidak berterima.
(setinggi)
→ sama tinggi →
tingkat sama
(tinggian)
→ lebih tinggi →
tingkat lebih
Tertinggi
→ paling tinggi →
tingkat paling(superlatif)
e.
Dasar ajektiva berkonfiks
ke-an
Pembentukan konfiks ke-an pada dasar ajektiva akan
memberi makna gramatikal ‘agak (dasar’ bila ajektiva itu memiliki komponen
makna (+warna). Misalnya:
Kehitaman,
‘agak hitam’.
Kehijauan,
‘agak hijau’.
Kekuningan,
‘agak kuning’.
Makna gramatikal ‘agak (dasar)’ ini sering lebih
dipertegas dengan pengulangan, sehingga menjadi:
Kehitam-hitaman
Kehijau-hijauan
Kekuning-kuningan
Ada sejumlah makna gramatikal yang dimiliki dasar
ajektiva bila diberi konfiks ke-an. Di antaranya adalah:
Ø Bermakna Gramatikal Komponen Misalnya
‘terlalu (dasar)’ (+
warna), (+rasa), (+ukuran) ·
Kehitaman, ‘terlalu
hitam’.· Kekecilan, ‘terlalu kecil’. Keasinan,
‘terlalu asin’.
Ø ‘hal (dasar)’ (+sikap
batin) · Ketakutan, ‘hal takut’.
· Kesedihan, ‘hal sedih’.Kekecewaan, ‘hal kecewa’.
‘mengalami (dasar)’ (+rasa fisik) ·
Kedinginan, ‘mengalami dingin’. Kesepian, ‘mengalami sepi’.
f.
Dasar ajektiva
berklofiks me-kan
Dasar ajektiva berklofiks me-kan memiliki makna
gramatikal ‘menyebabkan jadi (dasar)’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen
makna (+sikap batin). Misalnya:
Memalukan,
‘menyebabkan malu’.
Memilukan,
‘menyebabkan pilu’.
Menakutkan,
‘menyebabkan takut’.
Dasar ajektiva dengan klofiks me-kan sesungguhnya
berkategori ganda, yaitu ajektiva dan verba. Sebagai kategori adverbia, dia
dapat didahului oleh adverbia agak dan sangat. Misal:
Agak
memalukan orang banyak.
Sangat
memalukan orang banyak.
Agak
menghawatirkan kami.
Sangat
menghawatirkan kami.
g.
Dasar ajektiva
berklofiks me-i
Dasar ajektiva berklofiks me-i memiliki makna
gramatikal ‘merasa (dasar) pada’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen
makna (+rasa batin). Misanya:
Mencintai,
‘merasa cinta pada’.
Mengagumi,
‘merasa kagum pada’.
Mengasihi,
‘merasa kasih pada’.
Dasar ajektiva dengan klofiks me-i ini sesungguhnya
berketegori ganda, yaitu ajektiva dan verba. Sebagai kategori ajektiva dia
dapat didahului oleh edverbia agak dan sangat; dan sebagai verba dapat diikuti
oleh sebuah objek. Misalnya:
Agak
mencintai gadis itu.
Sangat
mencintai gadis itu.
Agak
mengagumi permainannya.
Sangat
mengagumi permainannya.
h.
Dasar lain
berkomponen makna (+keadaan)
Pada bagian pengantar bab ini sudah dikemukakan bahwa
kosakata berkategori ajektiva dalam bahasa Indonesia sudah merupakan ‘barang
jadi’. Namun ‘barang jadi’ ini ada yang seratus persen berkategori ajektiva,
dan ada yang tidak.
Bisa
didahului negasi bukan dan tidak, misalnya: Bukan rugi, tidak untuk dan tidak rugi=
sama-sama berterima.
- Pembentukan
Ajektiva dengan “afiks” Serapan
Menurut buku Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan (EYD) dan buku Pedoman Pembentukan Istilah (PPI, penyerapan kata
dari bahasa asing dilakukan secara utuh, bukan terpisah antara dasar dengan
afiksnya. Jadi, di samping kita menyerap kata standard menjadi standar (huruf
d-nya dibuang), kita juga menyerap kata standarditition menjadi standarisasi
(-ditition disesuaikan menjadi –disasi). Begitupun di samping kita menyerap
kata object menjadi objek, kita juga menyerap kata objective menjadi objektif.
Kata serapan dari bahasa Inggris dan Belanda yang
berkategori ajektif dapat kita kenali dari ‘akhiran’ seperti:
–if,
misal : aktif, pasif, edukatif, administratif.
-ik,
misal : heroik, akademik, mekanik, kritik.
-is,
misal : teknis, kronologis, kritis, egois.
-istis,
misal : egoistis, optimistis, pluralistis.
-al,
misal : gramatikal, komunal, material, individual.
-il,
misal : prinsipil, idiil, komersil.
Kata serapan dari bahasa Arab yang berkategori
ajektiva dapat kita kenali dari “akhiran:, antara lain:
-i,
misal : rohani, jasmani, abadi, madani.
-iah,
misal : alamiah, jasmaniah, rohaniah.
-wi,
misal : duniawi, ukhrawi, surgawi, manusiawi.
-in,
misal : muslimin, mukminin, hadiri, muhajirin.
-at,
misal : hadirat, mukminat, muslimat.
Tampaknya “akhiran” unsur serapan, baik
Inggris/Belanda maupun Arab tidak produktif untuk pembentukan kata dalam bahasa
Indonesia, bukan hanya untuk pembentukan verba, tetapi juga untuk pembentukan
kategori lain. Sejauh ini kata-kata (dari dasar asli Indonesia) yang telah
dibentuk dengan akhiran serapan itu hanyalah pancasilais, surgawi, manusiawi,
kimiawi, sukuisme, daerahisme, tendanidasasi, lelenisasi.
D. MORFOFONEMIK
Menurut Chaer, 2008.
Morfofonemik
adalah kajian mengenai terjadinya perubahan fonem sebagai akibat dari adanya
proses morfologi.
- Jenis
Perubahan
1. Pemunculan
fonem
Munculnya
fonem dalam proses morfologi yang pada mulanya tidak ada.
Contohnya:
me + baca → membaca , hari+an → hariyan
2. Pelepasan
fonem
Hilangnya
fonem dalam suatu proses morfologi.
Contohnya:
sejarah+wan → sejarawan , ko+operasi → koperasi
3. Peluruhan
fonem
Luluhnya sebuah fonem
serta disenyawakan (disatukan) dengan fonem lain dalam suatu proses morfologi.
Jenis ini hanya terjadi pada proses pengimbuhan prefiks me- dan pe- pada bentuk
dasar yang dimulai dengan konsonan /s/ saja.Contohnya: me+sikat → menyikat,
me+sapu → menyapu
4. Perubahan
fonem
Berubahnya
sebuah fonem sebagai akibat terjadinya proses morfologi.
Contohnya: ber+ajar →
belajar.Terlihat jelas bahwa fonem /r/ berubah menjadi fonem /l/.
5. Pergeseran
fonem
Berubahnya posisi sebuah
fonem dari satu suku kata ke dalam suku kata yang lainnya. Contohnya:
mi.num+an → mi.nu.man, lompat+i → me.lom.pati
- Morfofonemik
dalam Pembentukan Kata Bahasa Indonesia
1. Prefiksasi
ber-
Pelesapan
fonem /r/ : bentuk dasar yang diimbuhi dimulai dengan fonem /r/ atau suku
pertama bentuk dasarnya berbunyi [er]. Contoh: ber+renang → berenang,
ber+terank→beternak
Perubahan
fonem /r/ : fonem /r/ menjadi fonem /l/. Contoh: Ber+ajar → belajar.
Pengekalan
fonem /r/ : Fonem /r/ pada prefiks ber- tetap menjadi fonem /r/ apabila bentuk
dasarnya bukan yang ada pada a dan b. Contoh: Ber+obat → berobat, ber+tamu →
bertamu.
2. Pefiksasi
me- (termasuk klofiks me-kan.
1)
Pengekalan fonem
Tidak ada fonem yang
dilesapkan atau dirubah, hanya terjadi pada bentuk dasar yang diawali fonem
/r,i,w,y,m,n,ng, dan ny/. Contoh:
me+rawat → merawat, me+nanti → menanti.
2)
Penambahan fonem
Penambahan
fonem nasal /m,n,ng,nge/.
Contoh: me+baca →
membaca, me+fitnah → memfitnah, me+dengar → mendengar, me+duga → menduga,
me+goda→menggoda, me+khayal→ mengkhayal, me+bom → mengebom, me+cat → mengecat,
me+kirim → mengirim, me+pilih→ memilih.
3. Prefiksasi
pe- dan konfiksasi pe-an.
1)
Pengekalan fonem
Terjadi
apbila bentuk dasarnya diawali konsonan /r,l,y,m,n,ng,ny/.
Contoh:
pe+latih → pelatih, pe+waris → pewaris.
2)
Penambahan fonem
Penambahan
fonem /m,n,ng,nge/
Contoh: pe+baca →
pembaca, pe+dengar → pendengar, pe+gali→penggali, pe+cor→pengecor.
3)
Peluluhan fonem
Diimbuhkan pada bentuk
dasar yang diawali dengan konsonan bersuara /k,p,s,t/. Contoh:
pe+kumpul→pengumpul, pe+pilih→ pemilih, pe+siram→penyiram, pe+tulis→penulis.
4. Sufiksasi
–an
1)
Pemunculan fonem
Fonem /w/ muncul ketika
bentuk dasar berakhiran /u/. Contoh: pandu+an → panduwan, satu+an→panduwan.
Fonem /y/ muncul ketika
bentuk dasar berakhiran /i/. Contoh: hari+an → hariyan, maki+an→makiyan.
Fonem glotal /?/ muncul
ketika bentuk dasar berakhiran /a/. Contoh: (ber) dua + an →
(ber)dua?an,
2)
Pergeseran fonem
Terjadi ketika sufiks –an
diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir sebuah konsonan.Contoh: Jawab+an →
ja.wa.ban.
5. Prefiksasi
ter-
1)
Pelesapan fonem
Terjadi apabila prefiks
ter- diimbuhkan pada bentuk dasar yang berawalan konsonan /r/. Contoh:
ter+rasa→terasa
2)
Perubahan fonem /r/
Terjadi
pada bentuk dasar anjur. Contoh: ter+anjur→teranjur.
3)
Pengekalan fonem /r/
Terjadi
pada bentuk dasar yang tidak disebutkan di atas.Contoh: ter+dengar → terdengar,
ter+baik→terbaik.
- Bentuk Nasal
dan Tak Bernasal
1. Kaitan
dengan tipe verba
Afiks Nasal Fonem awal bentuk
dasar Contoh: Me-, Me-kan, Me-i.
Meloncat
Membina
Mendengar
Menycuri
Mengirim
Mengadu
Nge berupa kata ekasuku.
Contoh: Mengetik,
mengecat, mengebom
2. Kaitan
dengan upaya pembentuk istilah
Petinju (profesi) dari
verba bertinju, berbeda dengan peninju (bukan profesi) yang diturunkan dari
verba meninju.
Contoh : pesuruh
(yang disuruh) sedangkan penyuruh (yang menyuruh).
Yang di(dasar) yang me(dasar). Contoh: petata = penatar, pesuluh = penyuluh, peubah = pengubah
3. Kaitan
dengan upaya semantik
Berbeda
tulisan, maka berbeda arti.
Contoh:
Penjabat – Pejabat
Penglepasan – Pelepasan
Pengrusakan – Perusakan
Mengkopi – Mengopi
Tanpa ada perbedaan
semantik
Contoh:
Mensukseskan – menyukseskan
Mengkombinasikan – mengombinasikan
Mempopulerkan – memopulerkan
Menterjemahkan – menerjemahkan
DAFTAR
PUSTAKA
Chaer, Abdul.2008.Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan
Proses).Banten:Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar