Rabu, 10 Januari 2018

ARTI MORFEM IMBUHAN, MORFEM ULANG DAN MORFEM KONSTRUKSI MAJEMUK

NAMA       : DELFI NOFITA SARI
NIM            : 166048
KELAS       : PBSI 2016 A
MATA KULIAH  : MORFOLOGI

ARTI MORFEM IMBUHAN, MORFEM ULANG DAN MORFEM KONSTRUKSI MAJEMUK
A.    ARTI MORFEM IMBUHAN
Sebenarnya pembicaraan masalah arti morfem imbuhan ini tidak dapat dipisahkan dengan fungsi morfem itu sendiri. Yang dimaksud dengan arti pada pembicaraan ini bukanlah arti suatu kata yang terdapat dalam kamus, arti leksikal tetapi arti sebagai akibat bergabungnya morfem satu dengan lainnya, arti structural atau arti gramatikal. Misalnya :
Kata kuda yaitu “binatang berkaki empat, biasanya dipakai untuk mrnggeret kereta atau dokar”, tidak akan dibicarakan disini tetapi yg dibicarakan adalah kata kuda mendapatkan imbuhan {ber-} sehingga menjadi berkuda dan berubah makna menjadi “mengendarai kuda”.
Morfem-morfem yang imbuhan yang terdapat dalam bahasa Indonesia.
1.      Morfem imbuhan {meN-}
a.       Melakukan tindakan seperti yang tersebut pada bentuk dasar :
Mengambil            “melakukan tindakan ambil”
Menjual                 “melakukan tindakan jual”
Membeli                “melakukan tindakan beli”
b.      Menjadi seperi tersebut dalam bentuk dasar ‘atau’ dalam keadaan seperti bentuk dasar.
Melarut                 “menjadi / dalam keadaan larut”
Menurun               “menjadi / dalam keadaan turun”
Meluap                  “menjadi / dalam keadaan luap”
c.       Membuat kesan seperti pada bentuk dasar dengan sengaja.
Mengalah              “membuat kesan kalah dengan sengaja”
Membisu               “membuat kesan bisu dengan sengaja”

Apabila bentuk dasarnya berkelas kata benda, imbuhan {meN-} mempunyai beberapa kemungkinan arti sebagai berikut :
a.       Pergi ke … atau menuju ke… misalnya
Mendarat         “menuju ke darat”
Melaut             “menuju ke laut”
b.      ‘mencari’ atau ‘mengumpulkan’ misalnya:
Mencari           “mencari mengumpulkan rumput”
Merotan           “mencari mengumpuklan rotan”
c.       ‘Menjadi sebagaimana yang disebut pada bentuk dasar’:
Membuah                    “menjadi buah”
Membisu                     “menjadi bisu”
d.      ‘membubuhkan apa yang tersebut pada bentuk dasar’:
Mencap                       “membubuhkan cap”
Mencat                                    “membubuhkan cap”
e.       ‘membuat apa yang tersebut padabentuk dasar’ misalnya:
Menyate                      “membuat sate”
f.        ‘berlaku seperti yang disebut pada bentuk dasar’ misalnya:
Merajalela                   “berlaku seperti rajalela”
g.      ‘melakukan tindakan dengan alat seperti bentuk dasar’ misalnya :
Menyabit                     “menggunakan sabit”
h.      ‘meminum atau menghisap seperti yang tersebut pada bentuk dasar’ misalnya:
Mengopi                      “meminum kopi”
Merokok                     “menghisap rokok”
i.        ‘menyerupai seperti bentuk dasar’ :
Menyemut                   “menyerupai semut”
Membukit                   “menyerupai bukit”
j.        ‘dalam keadaan berfungsi sebagai bentuk dasar’ :
Menjanda                    “dalam keadaan berfungsi sebagai janda”
Menduda                     “dalam eadaan berfungsi sebagai duda”
k.      ‘Mengeluarkan bunyi seperti bentuk dasar’ :
Mengeong                   “mengeluarkan bunyi ngeong”

Apabila bentuk dasarnya berkelas kata sifat, imbuhan {meN-} mempunyai arti seperti berikut ini :
a.       ‘menjadi seperti bentuk dasar dengan sendirinya’:
Menguning (padi)       “menjadi kuning dengan sendirinya”
Memutih (rambut)       “menjadi putih dengan sendirinya”
Membusuk (borok)     “menjadi busuk dengan sendirinya”
b.      ‘menimbulkan kesan seperti bentuk dasar’:
Memanjang                 “menimbulkan kesan panjang”
Memutih                     “menimbulkan kesan putih
Merendah hati             “menimbulkan kesan rendah hati”.
2.      Morfem imbuhan {ber-}
Bentuk dasar yang dapat bergabung dengan imbuhan {ber-} dapat dikelompokkan menjadi empat kelas yaitu berkelas kata kerja, benda, sifat (adjektiva) dan bilangan (numeralia).
Apabila bentuk dasarnya berkelas kata kerja, maka imbuhan {ber-} mempunyai arti seperti   berikut:
a.                   ‘dalam keadaan seperti bentuk dasar’:
·         ber- + Ada = berada                     ‘dalam keadaan ada’;
b.      ‘menjadi seperti bentuk dasar’:
·         ber- + Ubah = berubah                     ‘menjadi ubah’;
c.       ‘melakukan seperti bentuk dasar’:
·         ber- + Lari = berlari                     ‘melakukan kegiatan lari’;

Apabila bentuk dasarnya berkelas kata benda, maka imbuhan {ber-} mempunyai arti seperti berikut:
a.       ‘memakai ‘atau’ mengenakan’, mislnya:
·         ber- + Dasi = berdasi                    ‘memakai atau mengenakan dasi’;
b.      ‘mempunyai apa yang tersebut pada bentuk dasarnya’,misalnya:
·         ber- + Kumis = berkumis                    ‘mempunyai kumis’;
 c.  ‘mengeluarkan’,misalnya:
·         ber- + Suara = bersuara                      ‘mengeluarkan suara’;
d.      ‘mengerjakan ‘atau’ menggarap’,misalnya:
·         ber- + Ladang = berladang                   ‘mengerjakan atau menggarap ladang’;
e.       ‘mengendarai ‘atau’ mempergunakan’,misalnya:
·         ber- + Sepeda = bersepeda                   ‘mengendarai ‘atau’ mempergunakan sepeda’;       
f.        ‘bermain seperti bentuk dasar’:
·         ber- + Catur = bercatur                    ‘bermain catur’;

Apabila bentuk dasarnya berkelas kata sifat, maka imbuhan {ber-} mempunyai arti seperti berikut:
a.       ber- + Duka = berduka
b.      ber- + Sedih = bersedih

Apabila bentuk dasarnya berkelas kata bilangan , maka imbuhan {ber-} mempunyai arti seperti berikut:
a.       ber- + Dua = berdua
b.      ber- + Lima = berlima

3.      Morfem imbuhan {di-}
Arti imbuhan {di-} hanya satu, yaitu menyatakan tindakan yang pasif atau semata-mata dihubungkan dengan fungsi subyeknya.
Contoh: diambil,diangkat,disirami,dibayar dan sebagainya.

4.      Morfem imbuhan {ter-}
Imbuhan {ter-} adalah bentuk dasar yang berkelas kata kerja,kata sifat, dan kata benda.
Apabila bentuk dasarnya berkelas kata benda, maka imbuhan {ter-} mempunyai arti seperti berikut:
a.       ‘tak sengaja di (seperti bentuk dasar)’:
·         ter- + Cangkul = tercangkul                     ‘tak sengaja dicangkul’;
b.      ‘dapat di (seperti bentuk dasar) kan/i’:
·         ter- Bukti = terbukti                    ‘dapat dibuktikan’;

Apabila bentuk dasarnya berkelas kata kerja, maka imbuhan {ter-} mempunyai arti seperti berikut:
a.       ‘menyatakan bahwa pekerjaan yang dilakukan tidak disengaja’,misalnya tersentuh,tertiup,tergeret,terganggu.
b.      ‘dapat ‘atau’ sanggup’,misalnya:
·         ter- + Kejar = terkejar                      dalam kalimat Ia akhirnya terkejar juga.
c.       ‘menyatakan bahwa pekerjaan sudah selesai (perfektif)’,misalnya:
·         ter- + Tulis = tertulis                     dalam kalimat Pendapat dia tertulis di rumusan hasil seminar;      
d.      ‘ketiba-tibaan’,misalnya:
·         ter- + Bangun = terbangun                      dalam kalimat Ia terbangun karena suara yang menggelegar itu.

Apabila bentuk dasarnya berkelas kata sifat, maka imbuhan {ter-} mempunyai arti paling’ seperti berikut:
Contoh:
a.       ter- + Pandai = terpandai                    paling pandai’;
b.      ter- + Pendek = terpendek                    paling pendek’;

5.      Morfem Imbuhan {peN-}
Arti morfem imbuhan {peN-} sangat ditentukan oleh kelas kata bentuk dasarnya. Bentuk dasar yang dapat bergabung dengan {peN-} ialah bentuk dasar yang berkelas kata kerja,kata sifat, dan kata benda.
Apabila bentuk dasarnya berkelas kata kerja, maka imbuhan {peN-} mempunyai arti seperti berikut:
a.       Menyatakan ‘orang yang (biasa) melakukan pekerjaan yang – sebut pada bentuk dasar’,misalnya:
·         peN- + Jual = penjual                      ‘orang yang (biasa) melakukan menjual’;
b.      Menyatakan ‘alat yang dipakai untuk melakukan tindakan tersebut pada bentuk dasar’,misalnya:
·         peN- + Garis = penggaris                     ‘alat untuk menggaris’;

Apabila bentuk dasarnya berkelas kata sifat, maka imbuhan {peN -} mempunyai arti seperti berikut:
a.       Menyatakan ‘yang memiliki sifat yangtersebut pada bentuk dasar’, misalnya:
·         peN- + Riang = periang                   ‘yang mempunyai sifat periang’;
b.      Menyatakan ‘yang menyebabkan adanya sifat yang tersebut pada bentuk dasar’,misalnya:
·         peN- + Dingin = pendingin                    ‘ yang menyebabkan jadi dingin’ atau yang menyebabkan dingin’;
c.       Orang yang mudah cepat/menjadi seperti tersebut dalam bentuk dasar’,misalnya:
·         peN- + Malu = pemalu                  ‘orang yang mudah menjadi malu’;

Apabila bentuk dasarnya berkelas kata benda, maka imbuhan {peN-} mempunyai arti yang biasa melakukan tindakan/pekerjaan yang berhubungan dengan kata benda yang pada bentuk dasarnya ‘atau’ orang yang meN-...
Contoh:
·         peN- + Laut     = pelaut              meN- + Laut =  melaut                  ‘orang yang biasa melaut’;
·         peN- + Rokok = perokok                meN- + Rokok = merokok                  ‘orang yang biasa merokok’;

6.      Morfem Imbuhan {pe-}
Morfem Imbuhan {pe-} mempunyai kesejajaran morfem imbuhan {ber-}, sedangkan morfem imbuhan {peN-} mmpunyai kesejajaran dengan morfem imbuhan {meN-}.
Contoh:
·         pe- + Lari = pelari                  ber + Lari = berlari                  ‘orang yang berlari’;
Perbandingkan dengan:
·         peN- + Tinju = peninju              meN- + Tinju = meninju                   ‘orang yang meninju’;
Oleh sebab itu,kedua morfem imbuhan ini,{pe-} dan {peN-}, perlu dibedakan.

7.      Morfem Imbuhan {per-}
Morfem imbuhan {per-} dapat bergabung dengan bentuk dasar yang berkelas kata benda,bilangan, dan sifat.
Apabila bergandeng dengan bentuk dasar kata benda, {per-} mempunyai arti menjadikan (objek) sebagai atau memperlakukan (objek) sebagai berikut:
Contoh:
·         per- + Istri  = peristri                    ‘menjadikan (objek) sebagai istri’;
·         per- + Budak = perbudak                  ‘memperlakukan (objek) sebagai budak’;

Apabila bergandeng dengan bentuk dasar kata bilangan,imbuhan {per-i mempunyai arti ‘membuat jadi;
Contoh:
·         per- + Tiga  = pertiga                      ‘membuat  jadi  tiga;

Apabila bergandeng dengan bentuk dengan bentuk dasar yang berkelas kata sifat,{per-}   mempunyai arti membuat jadi lebih’.
Contoh:
·         per- + Dalam = perdalam                    ‘membuat jadi lebih dalam’.

8.      Morfem Imbuhan {se-}
Morfem mimbuhan {se-} bisa digandeng dengan bentuk dasar yang berkelas kata benda.
Misalnya sekelas,sejalan,sekpala,sedesa, dan sebagainya.
Ø  Imbuhan {se-} yang melekat pada bentuk dasar kata benda mempunyai arti sebagai berikut:
a.       Menyatakan ‘satu’ misalnya:
·         se- + Buah = sebuah                   ‘satu buah’;
b.      Menyatakan ‘seluruh’,misalnya:
·         se- + Dunia = sedunia                   ‘seluruh dunia’;
c.       Menyatakan ‘sama’ atau ‘sebesar ...’,misalnya:
·      se- + Kucing = sekucing                    ‘sama dengan kucing ‘atau’ sebesar kucing’;

Selain melekat pada kata benda, morfem {se-} bisa bergabung dengan penggolong benda. Misalnya seorang,seekor,sebuah,sebatang,sebentuk,sebidang dan sebagainya.
Ø   Imbuhan {se-} yang melekat pada bentuk dasar kata sifat mempunyai arti sebagai berikut:
Contoh:
·     se- + Baik = sebaik
·     se- + Cantik = secantik

9.      Morfem Imbuhan {ke-}
Bentuk ke itu ada dua macam, yaitu {ke-} sebagai imbuhan (sehingga ditulis ke) dan ke sebagai kata depan (biasanya ditulis ke)
Contoh: kesepuluh,kekasih,kedua dan sebagainya.

Sedangkan yang termasuk kata depan.
Contoh: ke sini, ke situ, ke jakarta dan sebagainya

Apabila imbuhan {ke-} bergandengan dengan bentuk dasar berkelas kata bilangan, maka imbuhan {ke-} mempunyai arti sebagai berikut:
Contoh:
a.       ‘menyatakan kumpulan yng terdiri atas jumlah yang tersebut pada bentuk dasar’,misalnya:
·         ke- + Lima = kelima (anak itu anak saya)                  ‘kumpulan anak yang terdiri atas lima orang’;
b.      ‘menyatakan urutan seperti apa yang tersebut pada bentuk dasarnya’,misalnya:
·         ke- + Dua = kedua                  ‘urutan istri yang nomor dua’;

Apabila bergandeng dengan bentuk dasar selain kata bilangan, maka imbuhan {ke-} itu berarti ‘yang di... ‘atau’ yang dianggap’.
Contoh:
Kekasih                   yang dikasihi
Kerangka (karangan,laporan)               yang dianggap rangka

10.  Morfem imbuhan {-kan}
Morfem Imbuhan {-kan} ialah bentuk kan yang merupakan bagian dari morfem imbuhan terbelah {meN-kan} dan {di-kan}
Contoh: melakukan,menganaktirikan,dijalankan, dan dikesampingkan.
Morfem {-kan} bisa melekat pada kata benda;misalnya artikan,kanfaskan,bukukan.
Morfem {-kan} bisa melekat pada kata kerja;misalnya kerjakan,berikan,bacakan.
Morfem {-kan} bisa melekat pada kata sifat;misalnya hitamkan,putihkan,licinkan.
Arti morfem afiks {-kan} bisa dideskripsikan seperti ini:
a.       ‘membuat (objek) seperti bentuk dasar ‘atau’ kausatif’:
·         meN- + Sempit = menyempit + {-kan}               menyempitkan                    ‘membuat (objek) menjadi sempit’;
b.      ‘melakukan sesuatu untuk orang lain’ atau ‘ me... (objek) untuk orang lain’ atau’ benektif’:
·         meN- + Beli = membeli + {-kan}               membelikan                   ‘membeli untuk orang lain’;
c.       ‘melakukan sesuatu secara intensif’:
·         meN- + Dengar = mendengar + {-kan}             mendengarkan                   ‘mendengarkan dengan intensif’;
d.      ‘melakukan seperti bentuk dasar pada/tentang sesuatu’atau transitif:
·         meN- + Ajar = mengajar + {-kan}             mengajarkan                   ‘mengajar (pada seseorang) tentang sesuatu’;

11.  Morfem Imbuhan {-i}
Seperti halnya morfem imbuhan {-kan}, morfem imbuhan{-i} ini juga merupakan morfem tersendiri yang mempunyai arti sendiri dalam pembentukan kata. Bentuk ini bukan merupakan bagian dari morfem imbuyan terbelah {meN-i} dan {di-i} seperti pada kata menduduki,mendatangi,disakiti dan dikotori.
Morfem {-i} biasanya bergandeng dengan bentuk dasar kompleks yang berkelas kata kerja dan biasanya mempunyai dua kem,ingkinan arti berikut:
a.       Menyatakan bahwa ‘tindakan yangtersebut pada bentuk dasar itu dilakukan berulang-ulang’,misalnya:
·         Melempar + {-i} = melempari                    ‘melempari berulang-ulang’;
b.      Menyatakan ‘melakukan tindakan yang tersebut padabentuk dasarnya di suatu tempat’:
·         Menulis + {-i} = menulisi                   ‘menulis di ...’;
c.       Melakukan sesuatu atau terjadi sesuatu pada ... ‘:
·         Mendekat + {-i} = mendekati                    ‘mendekat pada ... ‘; 

12.  Morfem imbuhan {-an}
Morfem imbuhan {-an} dapat bergabung debgan bentuk dasar kata benda, kata kerja, kata sifat, dan kata bilangan. Apbila bergandeng dengan bentuk dasar kata benda, morfem imbuhan {-an} mempunyai dua kemungkinan arti, yaitu
a.       Menyatakan ‘tiap-tiap’, misalnya
Meteran           ‘tiap-tiap meter’;
Bulanan           ‘tiap-tiap bulan’;
b.      ‘kumpulan’ atau ‘yang banyak... nya’ atau ‘luas... nya’:
Durian             ‘banyak duriannya’;
Lautan             ‘luas lautnya’;
c.       ‘ yang ada di...’;
Bawahan         ‘yang ada di bawah’;
Belakangan     ‘yang ada di belakang’;
Apabila bergandeng dengan bentuk dasar yang berkelas kata kerja morfem imbuhan {-an} mempunyai tiga kemungkinan arti, yaitu
a.       Menyatakan ‘ hasil atau akibat dari tindakan yang tersebut pada bentuk dasar’, misalnya:
Pikiran                         ‘hasil pikiran’;
Tangkapan       ‘hasil menangkap’;
b.      Menyatakan ‘alat yang dipakai dalam tindakan yang tersebut pada bentuk dasarnya’, misalnya
Saringan          ‘alat menyaring’;
Ukuran            ‘alat mengukur’;
c.       Meyatakan ‘tempat suatu tindakan yang tersebut pada bentuk dasarnya’; misalnya;
Pacuan             ‘tempat terpacu’;
Kuburan          ‘tempat mengkubur’;
d.      ‘yang di ...seperti bentuk dasar’;
Makanan         ‘yang dimakan’;
Pakaian            ‘yang dipakai’;
Makna morfem {-an}, bila bergabung dengan kata sifat, adalah ‘yang seperti bentuk dasar’. Misalnya
Kotoran           ‘yang kotor’;
Dataran                       ‘yang datar’;
Manisan           ‘yang manis’;
Untuk makna morfem {-an} yang melekat pada kata bilangan (numeralia), mungkin yang ditunjuk adalah arti ‘kelipatan’, misalnya ratusan, puluhan, dan ribuan. Tetapi, ribuan, misalnya, juga bisa bermakna ‘jangka’ atau ‘di sekitar’; ‘jangka waktu seribu atau ‘d sekitar seribu’; tahun lima puluhan, misalnya lagi ‘di sekitar tahun 50’.
13.  morfem Imbuhan {-wan}
Morfem imbuhan {-wan} dapat melekat pada bentuk dasar berkelas kata benda, misalnya  sejarawan, negarawan, hartawan, dwibahasawan. Arti {-wan} untuk ini adalah sebagai berikut.
a.       ‘orang yang ahli dalam bidang seperti bentuk dasar’;
Ilmuwan          ‘orang yang ahli dalam bidang seperti bentuk dasar’;
Budayawan     ‘orang yang ahli dalam bidang budaya’;
Rohaniwan      ‘orang yang ahli dalam bidang rohanu’;.
b.      ‘orang yang pekerjaannya khusus dalam bidang seperti bentuk dasar’;
Industriwan     ‘orang yang pekerjanya khusus dalam bidang industri’;
Wartawan        ‘orang yang pekerjanya khusus dalam bidang warta’;
Usahawan        ‘orang  yang pekerjanya khusus dalam bidang usaha’;
c.       ‘orang yang memiliki seperti bentuk dasar yang bersifat lebih’;
Rupawan         ‘orang yang memiliki rupa lebih’;
Hartawan         ‘orang yang memiliki harta lebih’;
Budiman          ‘orang yang memiliki budi lebih/mulia’;
d.      ‘orang yang secara khusus memahirkan diri dalam bidang seperti bentuk dasar’;
Sastrawan                    ‘orang yang memahirkan diri khusus di bidang sastra’;
Olahragawan               ‘orang yang memahirkan diri khusus bidang olahraga’;
Seiman/seniwati          ‘orang yang memahirkan diri khusus di bidang seni’;
14.  morfem Afiks {-el-}. {-er-}, {-em-}
 Agaknya harus diingatkan lagi disini bahwa perubahan arti merupakan salah satu syarat disebutnya suatu bentuk telah mengalami proses morfologis. Selama ini, hampir semua pembahasan bahasa Indonesia menulis bahwa sisipan (morfem infiks) adalah alat afiksasi; dan afiksasi adalah salah satu alan proses morfologis. Bentuk telunjuk, misalnya, berarti ‘jari yang biasa digunakan untuk menunjuk’ (sengaja di sini tidak dipersoalkan adanya kemungkinan orang terpaksa menggunakan jari tengahnya, misalnya, sebagai jari penunjuk karens sesuatu hal). Seperti diketahui, bentuk itu merupakan hasil proses afiksasi –el- + tunjuk. Bentuk dasar tujuk bermakna ‘hal menunjuk’. Jadi, jelas sudah bahwa timbulnya makna ‘jari tengah’ pada telunjuk disebabkan kehadiran –el-.
15.  morfem imbuhan {ke-an}
Bentuk dasar yang dapat dilekati morfem imbuhan {ke-an} pada umumnya berkelas kata kerja, benda, sifat, dan bilangan.
a.       Menyatakan ‘suatu abstraksi atau hal dari bantuk dasar’, misalnya:
Keberangkatan            ‘hal berangkat’;
Kepergian        ‘hal pergi’;
Kemanusiaan   ‘hal manusia’;
Keduniaan       ‘hal dunia’;
b.      Menyatakan ‘menderita atau dikenai apa yang tersebut pada bentuk dasar’, misalnya;
Kedinginan      ‘menderita/dikenai dingin’;
Kehujanaan     ‘menderita hujan’;
Ketakutan        ‘menderita takut’;
Kehilangan      ’menderita hilang’;
c.       Menyatakan ‘tempat’ atau ‘daerah’, misalnya;
Kepresidenan  ‘tempat presiden’;
Kelurahan        ‘tempat’ daerah lurah’;
Kecamatan      ‘tempat’ daerah camat’;
Kerajaan          ‘tempat raja’;
d.      ‘sifat seperti bentuk dasar’;
Keindonesiaan ‘sifa Indonesia’;
Kejawaan        ‘sifat jawa’;
Keislaman        ‘sifat islam’;

16.  Morfem Imbuhan {peN-an}
Morfem {peN-an} bisa bergabung dengan kata benda (penghargaan, pengairan, penanaman), kata kerja ( pengajaran, pendidikan, penghabisan), kata sifat (pengadilan, pemutihan, pengasingan), kata bilangan (penyatuan).
a.       ‘hal/proses’;
Pemeriksaan    ‘hal/proses memeriksa’;
Pembacaan      ‘hal/proses membaca’;
Penjualan         ‘hal/proses mejual’;
b.      ‘hal/hasil’;
Pengalaman     ‘hal/hasil mengalami’;
Penghasilan     ‘hal/hasil menghasilkan’;
Pendapatan      ‘hal/hasil mendapatkan’;
c.       ‘tempat’;
Penggilingan    ‘tempat menggiling’;
Pengadilan       ;tempat mengadili’;
Pemandian       ‘tempat mandi’;
17.  Morfem Imbuhan {per-an}
Setelah melekat pada bentuk dasarnya, morfem imbuhan {per-an} mempunyai tiga kemungkinan arti,;
a.        Menyatakan ‘hal-hal yang berhubungan dengan apa yang tersebut pada bentuk dasar’, misalnya
Perekonomian  ‘hal-hal yang berhubungan dengan ekonomi’;
Perindustrian   ‘hal-hal yang berhubungan dengan industri’;
Perjudian         ‘hal-hal yang berhubungan dengan judi’;
b.      Menyatakan ‘hal atau hasil dari suatu tindakan yang tersebut pada bentuk dasar’, misalnya
Perkembangan ‘hal yang berkembang’;
Perhitungan     ‘’hal beritung’ atau ‘hasil berhitung’
Perdamaian      ‘hal berdamai’;
c.       Menyatakan ‘kumpulan’ atau ‘daerah’, misalnya;
Pertokoan        ‘daerah toko’;
Perumahan       ‘kumpulan/daerah rumah’;
Perbukitan       ‘daerah bukit’;
d.      ‘tempat’, misalnya
Perguruan        ‘tempat berguru’;
Perlindungan   ‘tempat berlindung’;
Perkebunan      ‘tempat kebun’
18.  Morfem Imbuhan {ber-an}
Bentuk dasar yang dapat bergabung dengan morfem imbuhan {ber-an} adalah bentuk dasar yang berkelas kata kerja saja. Kemungkinan artinya dapat diuraikan sebagai berikut:
a.       Menyatakan bahwa ‘tindakan yang terdapat pada bentuk dasarnya dilakukan oleh banyak orang’, misalnya
Bermunculan   ‘banyak yang muncul’
Berjatuhan                   ‘banyak yang jatuh’
Berdatangan    ‘banyak yang datang’
Berguguran                  ‘banyak yang gugur’
b.      Menyatakan bahwa “ tindakan yang terdapat pada bentuk dasarnya dilakukan secara berulang-ulang’, misalnya
Berloncatan     ‘berloncat berulang-ulang’;
Berlarian                      ‘berlari berulang-ulang’;
Bergulingan                 ‘berguling berulang-ulang’
c.       Menyatakan bahwa ‘tindakan yang terdapat pada bentuk dasarnya dilakukan oleh dua pihak  yang saling mengenai’;
Berkirimkan     ‘saling mengirim’
Berpandangan ‘saling memandang’
Bersindiran                  ‘saling menyindir’
Berpukulan                  ‘saling memukul’
19.  Morfem Afiks (meN-kan)
Bahwa {meN-kan} termasuk konfiks, dan sebagaian kata yang mengandung meN- dan –kan tidak termasuk konfiks, bisa dijelaskan dengan proses morfologisnya. Bila suata kata terjadi dar bentuk dasar langsung ke bentuk meN-bentukdasar-kan, kata bentukan itu pasti mengandung konfiks {meN-kan}. Bentuk menidurkan, misalnya, tidak dibentuk dari meN- + tidurkan atau (apalagi) menidur+-kan, tetapi meN-kan + tidur. Jadi, prosesnya adalah dari tidur langsung ke menidurkan; morfem {meN-kan} inilah konfiksnya.
Dalam faktanya, [meN-kan] bisa bergabung dengan kata kerja, misalnya melaksanakan, mengirimkan, mengerjakan; dengan kata benda, misalnya mencerminkan, menyekolahkan, menceritakan; dengan kata sifat, misalnya mengindahkan, membahagiakan, mengasingkan; dengan kata bilangan, misalnya menyatakan. Makna {meN-kan} pada bentukan tersebut amat bergantung pada bentuk dasarnya. Maknanya dapat didaftarkan sebagai berikut:
a.       ‘menjadikan (objek) sebagai seperti bentuk dasar’;
Mencerminkan            ‘mnjaikan (objek) sebagai cermin’;
Mengakibatkan           ‘menjsdiksn (objek) sebagai akibat’;
Membukukan ‘menjadikan (objek) sebagai buku’;
b.      ‘membuat (objek) (melakukan tindakan) seperti bentuk dasar’;
Menidurkan     ‘membuat (objek) (melakukan) tidur’;
Membangunkan          ‘membuat (objek)  bangun’;
Mendatangkan ‘membuat (objek) datang’;
c.       ‘memberikan (objek) sesuatu seperti bentuk dasar’;
Mengizinkan    ‘memberi (objek) izin’;
Menjanjikan     ‘memberi (objek) janji’;
Menempatkan  ‘memberi (objek) tempat
d.      ‘melakukan tindakan seperti bentuk dasar’;
Membicarakan ‘melakukan tindakan bicara’;
Mengerjakan    ‘melakukan tindakan kerja’;
20.  Morfologi Afiks {meN-i}
Sebagai konfiks, morfem {meN-i} dapat bergabung dengan kata benda, misalnya memusuhi, menempati ; dengan kata kerja, misalnya menulisi, menduduki; dan dengan kata sifat, misalnya menyukai, menikmati. Arti morfem {meN-i} untuk bentuk-bentuk ini adalah sebagai berikut.
a.       ‘Menjadikan (objek) sebagai seperti bentuk dasar’;
Memusuhi                    ‘menjadikan (objek) sebagai musuh’;
Menempati                  ‘menjadikan (objek) sebagai tempat’;
b.      ‘memberi (objek) seperti bentuk dasar’;
Menjuduli                    ‘memberi (objek) judul’;
Melukai                       ‘memberi (objek) luka’;
Menghargai                 ‘memberi (objek) harga’;
c.       ‘melakukan) perbuatan seperti bentuk dasar di/pada/ke (objek)’;
Menduduki                  ‘melakukan duduk di (objek)’;
Mendatangi     ‘datang di (objek)’;
Menanyai                     ‘tanya pada (objek)’;
d.      ‘embat/menyebabkan (objek) seperti bentuk dasar’;
Menghitami     ‘mmembuat/menyebabkan (objek) hitam’;
Mengotori                    ‘membuat/menyebabkan (objek) kotor’;
e.       ‘jadi seperti bentuk dasar di/dalam (objek)
Merajai                        ‘jadi raja di dalam (objek)’;
Menokohi                    ‘jadi tokoh di dalam (objek)’;
Mewakili                     ‘jadi wakil di dalam (objek)’;
f.        ‘menganggapi/memperlakukan (objek) sebagai seperti bentuk dasar’;
Membodohi     ‘menganggap (objek) bodoh’;
Mengibuli                    ‘menganggap/memperlakukan (objek) kibul’;
Membelakangi ‘menganggap (objek) sebagai (ada di) belakang’;
21.  Morfem Afiks {se-nya)
Berbeda dengan se- pada sebesar yang berarti ‘sama’ dan –nya pada bukunya yang bermakna ‘milik orang ketiga tunggal’, misalnya morfem konfiks {se-nya} tak mengacu kepada semua itu. Konfiks ini bisa melekat pada kata sifat, misalnya sepenuhnya, sewajarnya; dengan kata kerja, misalnya seadanya, sebaliknya, semulanya; dengan kata tugas, misalnya seandainya, sebelumnya, semestinya, sesungguhnya, sesudahnya. Sebagai catatan harap diingat bahwa gabungan (se-nya) dengan bentuk dasar kata sifat itu laszim sekali diulang, misalnya setinggi-tingginya, sebesar-besarnya.
Konfiks {se-nya} mempunyai arti-tepatya: tugas-seperti berikut ini:
a.       ‘pembentukan adverbia/keterangan
Sebaliknya, seandainya, selanjutnya, secukupnya, sebelumnya;
Serendah-rendahnya, seadil-adilnya;
b.      Pembentukan modalitas’; sebenarnya, sekiranya, semesti nya, seharusnya, seyogiannya; (Periksa Purwo, 1986: 47).
22.  Morfem Afiks {-isme}, {(is-)asi)},{-logi}
Meski afiks ini dipungut dari bahasa asing, morfem-morfem tersebut amat produktif dalam pembentukan kata. Ia bisa melekat pada bentuk dasar asli bahasa Indonesia.
Makna {-isme} adalah ‘paham, aliran, sifat’; misalnya klobotisme, bapakisme, marhaenisme, sungkanisme, gombalisme. Anda pun tidak dilarang merekaciptakannya. Morfem {-(is)asai} bisa bermakna proses atau ‘peN-bentuk dasar-an’; misalnya helmisasi, lelenisasi,KB-nisasi, turinisasi, tieulisasi, yang bermakna ‘proses penghelman’, proses penggalakan pemeliharaan lele’; ‘pen KB-an’; dan lain-lain. Sementara, {-logi} berarti ‘studi tentang seperti bentuk dasar’, misalnya Jawanologi ‘studi/pengkajian tentang Jawa’, Balinologi ‘studi/pengkajian tentang Bali, Sundanologi ‘studi/pengkajian tentang Sunda dan lain-lain.


B.     ARTI MORFEM ULANG
            Menurut Muslich (2010: 89). Morfem ulang Bahasa Indonesia dapat membentuk kata dengan bentuk dasar yang berupa kata kerja (verba), kata benda (nomina), kata sifat (adjektiva). Di samping itu, morfem ulang juga berkombinasi dengan morfem imbuhan dalam membentuk suatu kata misalnya :
Ø  ke – an : kekuning – kuningan, kebiru – biruan.
Ø  se – nya : sebaik – baiknya, sekuat – kuatnya
Ø  -an : rumah – rumahan, sepeda – sepedaan, orang – orangan.

a.       Apabila bentuk dasarnya berkelas kata kerja, maka morfem ulang mempunyai beberapa arti sebagai berikut :
1.      Menyatakan bahwa “tindakan yang tersebut pada bentuk dasar di lakukan berulang – ulang, contoh :
Ø  Memukul – mukul                     = “memukul berulang – ulang”
Ø  Menggerak – gerakkan              = “menggerakkan berulang – ulang”
Ø  Mengiris – iris                           = “mengiris berulang – ulang”
2.      Menyatakan bahwa “tindakan yang tersebut pada bentuk dasar di lakukan oleh dua pihak dan saling mengenai/berbalasan, contoh :
Ø  Bantu – membantu                    = “saling membantu”
Ø  Tinju – meninju                         = “saling meninju”
Ø  Kunjung – mengunjungi            = “saling mengunjungi”
3.      Menyatakan “hal-hal yang berhubungan dengan tindakan yang bersangkut paut dengan bentuk dasar”, contoh:
Ø  Cetak – mencetak          = “hal – hal yang berhubungan dengan kegiatan mencetak”
Ø  Karang – mengarang      = “hal – hal yang berhubungan dengan kegiatan mengarang”
Ø  Coret – mencoret           = “hal – hal yang berhubungan dengan kegiatan mencoret”
4.      Menyatakan bahwa “tindakan tersebut pada bentuk dasar dilakukan dengan seenaknya/santai atau hanya untuk bersenang – senang:, contoh:
Ø  Membaca – baca            = “membaca seenaknya/santai untuk bersenang – senang”
Ø  Makan – makan             = “makan seenaknya/santai untuk bersenang – senang”
Ø  Berjalan – jalan              = “berjalan seenaknya/santai untuk bersenang – senang”
5.      Berkombinasi dengan afiks {ber-an} menyatakan bahwa tindakan itu dilakukan oleh kedua pihak dan saling mengenai”, contoh:
Ø  Berkirim – kiriman        = “saling mengirim”
Ø  Berolok – olok               = “saling mengolok”
Ø  Berpukul – pukulan       = “saling memukul”
6.      “rasa kekhawatiran, rasa ketaksetujuan, rasa menggerutu”, contoh:
Ø  Datang – datang dalam datang – datang, langsung tidur = “baru saja datang, kok langsung tidur”
Ø  Tahu – tahu dalam tahu – tahu, film sudah bubar = “begitu sadar (tahu), sayangnya film sudah bubar”
b.      Apabila bentuk dasarnya berkelas kata benda, maka morfem ulang mempunyai beberapa arti, sebagai berikut:
1.      Menyatakan “banyak”, contoh:
Ø  Kemajuan – kemajuan      = “banyak kemajuan”
Ø  Gedung – gedung             = “banyak gedung”
Ø  Orang – orang                   = “banyak anak”
2.      Menyatakan “meskipun”, contoh:
Ø  Beras – beras (dimakannya)          = “meskipun beras (dimakannya)”
Ø  Sandal – sandal (diangkatnya)      = “meskipun sandal (diangkatnya)”
Ø  Darah – darah (diminumnya)        = “meskipun darah (diminumnya)”
Apabila berkombinasi dengan sufiks {–an} menyatakan “sesuatu yang menyerupai apa yang tersebut pada bentuk dasar”, contoh : orang – orangan “yang menyerupai orang”, kuda – kudaan “yang menyerupai kuda”, kereta – keretaan “yang menyerupai kereta”.
c.       Apabila bentuk dasarnya berkelas kata sifat, maka kemungkinan arti morfem ulang sebagai berikut:
1.      Menyatakan “lebih … lagi”, contoh:
Ø  Cepat – cepat        lebih cepat lagi            Berlarilah cepat – cepat!
Ø  Rajin – rajin          lebih rajin lagi             Belajarlah rajin – rajin !
2.      Berkombinasi dengan {ke-an} menyatakan “agak”, contoh:
Ø  Kehijau – hijauan              “agak hijau”
Ø  Keheran – heranan            “agak heran”
3.      “meskipun seperti bentuk dasar”, contoh:
Ø  Jelek – jelek          (dia itu setia)                           “meskipun jelek”
Ø  Kecil – kecil          (tapi sangat dibutuhkan)         “meskipun jelek”
4.      Berkombinasi dengan afiks {se-nya} menyatakan “tingkat yang paling tinggi” atau “supelatif”, contoh:
Ø  Sekecil – kecilnya             “tingkat yang paling kecil”
Ø  Sebaik – baiknya               “tingkat yang paling baik”
C.    ARTI MORFEM KONSTRUKSI MAJEMUK
Kata majemuk dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok:
Pertama           : Kambing hitam, meja hijau, lembaran hitam, apa boleh buat, bertekuk lutut, membabi buta, membanting tulang, putri malu, sayap kiri, kumis kucing, naik daun, makan tuan, hidung belang, kumis kucing, matahari, dsb.
Kedua             : Rumah makan, rumah sakit, istri muda, mata air, sepak bola, tolak peluru, angkat besi, naik haji, naik pangkat, jual beli, pulang pergi, putus asa, jumpa pers, mabuk laut, dsb.
Ketiga             : Tua renta, gelap gulita, dendam kesumbat, anak pinak, hitam legam, malam kelam, naik pitam, kering keronta, dsb.
Morfem unik bahasa Indonesia apabila menggandeng morfem lain dapat membentuk-bentuk  majemuk. Morfem yang bergandeng dengan morfem unik ada dua jenis, yaitu berjenis kata kerja dan berjenis kata  sifat.
Kata kerja      : 1. Lalu+Lalang = lalu Lalang                                  morfem unik yang mengikuti
                          2. Simpang+siur = simpang siur                              kata kerja
                          3. Naik+pangkat = naik pangkat                              “frekuensi kuantitatif”
                          4. Membanting+tulang = membanting tulang        
Kata sifat       : 1. Muda+belia = muda belia                        morfem unik yang mengikuti
                          2. Gelap+gulita = gelap gulita                      kata sifat berarti “intenitas
                          3. Hitam+legam = hitam legam                   kualitatif” atau “penyangatan”

DAFTAR PUSTAKA
Muslich, masnur. 2010. Tata Bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar