NAMA :
DELFI NOFITA SARI
NIM :
166048
KELAS : PBSI 2016 A
MATA KULIAH : MORFOLOGI
ARTI
MORFEM IMBUHAN, MORFEM ULANG DAN MORFEM KONSTRUKSI MAJEMUK
A. ARTI
MORFEM IMBUHAN
Sebenarnya
pembicaraan masalah arti morfem imbuhan ini tidak dapat dipisahkan dengan fungsi
morfem itu sendiri. Yang dimaksud dengan arti pada pembicaraan ini
bukanlah arti suatu kata yang terdapat dalam kamus, arti leksikal tetapi
arti sebagai akibat bergabungnya morfem satu dengan lainnya, arti structural
atau arti gramatikal. Misalnya :
Kata
kuda yaitu “binatang berkaki empat, biasanya dipakai untuk mrnggeret kereta
atau dokar”, tidak akan dibicarakan disini tetapi yg dibicarakan adalah kata
kuda mendapatkan imbuhan {ber-} sehingga menjadi berkuda dan berubah makna
menjadi “mengendarai kuda”.
Morfem-morfem
yang imbuhan yang terdapat dalam bahasa Indonesia.
1. Morfem
imbuhan {meN-}
a. Melakukan
tindakan seperti yang tersebut pada bentuk dasar :
Mengambil “melakukan
tindakan ambil”
Menjual “melakukan
tindakan jual”
Membeli “melakukan
tindakan beli”
b. Menjadi
seperi tersebut dalam bentuk dasar ‘atau’ dalam keadaan seperti bentuk dasar.
Melarut “menjadi
/ dalam keadaan larut”
Menurun “menjadi
/ dalam keadaan turun”
Meluap “menjadi
/ dalam keadaan luap”
c. Membuat
kesan seperti pada bentuk dasar dengan sengaja.
Mengalah “membuat
kesan kalah dengan sengaja”
Membisu “membuat
kesan bisu dengan sengaja”
Apabila
bentuk dasarnya berkelas kata benda, imbuhan {meN-} mempunyai beberapa
kemungkinan arti sebagai berikut :
a. Pergi
ke … atau menuju ke… misalnya
Mendarat “menuju
ke darat”
Melaut “menuju
ke laut”
b. ‘mencari’
atau ‘mengumpulkan’ misalnya:
Mencari “mencari
mengumpulkan rumput”
Merotan “mencari
mengumpuklan rotan”
c. ‘Menjadi
sebagaimana yang disebut pada bentuk dasar’:
Membuah “menjadi
buah”
Membisu “menjadi
bisu”
d. ‘membubuhkan
apa yang tersebut pada bentuk dasar’:
Mencap “membubuhkan
cap”
Mencat “membubuhkan
cap”
e. ‘membuat
apa yang tersebut padabentuk dasar’ misalnya:
Menyate “membuat
sate”
f.
‘berlaku seperti yang disebut pada bentuk
dasar’ misalnya:
Merajalela “berlaku seperti rajalela”
g. ‘melakukan
tindakan dengan alat seperti bentuk dasar’ misalnya :
Menyabit “menggunakan
sabit”
h. ‘meminum
atau menghisap seperti yang tersebut pada bentuk dasar’ misalnya:
Mengopi “meminum
kopi”
Merokok “menghisap
rokok”
i.
‘menyerupai seperti bentuk dasar’ :
Menyemut “menyerupai
semut”
Membukit “menyerupai
bukit”
j.
‘dalam keadaan berfungsi sebagai bentuk
dasar’ :
Menjanda “dalam
keadaan berfungsi sebagai janda”
Menduda “dalam
eadaan berfungsi sebagai duda”
k. ‘Mengeluarkan
bunyi seperti bentuk dasar’ :
Mengeong “mengeluarkan
bunyi ngeong”
Apabila
bentuk dasarnya berkelas kata sifat, imbuhan {meN-} mempunyai arti seperti
berikut ini :
a. ‘menjadi
seperti bentuk dasar dengan sendirinya’:
Menguning
(padi) “menjadi kuning dengan
sendirinya”
Memutih
(rambut) “menjadi putih dengan
sendirinya”
Membusuk
(borok) “menjadi busuk dengan
sendirinya”
b. ‘menimbulkan
kesan seperti bentuk dasar’:
Memanjang
“menimbulkan kesan
panjang”
Memutih
“menimbulkan kesan
putih
Merendah
hati “menimbulkan kesan rendah
hati”.
2. Morfem
imbuhan {ber-}
Bentuk
dasar yang dapat bergabung dengan imbuhan {ber-} dapat dikelompokkan menjadi
empat kelas yaitu berkelas kata kerja, benda, sifat (adjektiva) dan bilangan
(numeralia).
Apabila bentuk dasarnya berkelas kata kerja, maka imbuhan {ber-} mempunyai arti
seperti berikut:
a.
‘dalam keadaan
seperti bentuk dasar’:
·
ber- + Ada = berada
‘dalam keadaan ada’;
b.
‘menjadi seperti
bentuk dasar’:
·
ber- + Ubah = berubah
‘menjadi ubah’;
c.
‘melakukan
seperti bentuk dasar’:
·
ber- + Lari = berlari
‘melakukan kegiatan lari’;
Apabila bentuk dasarnya berkelas kata benda, maka imbuhan {ber-}
mempunyai arti seperti berikut:
a.
‘memakai ‘atau’
mengenakan’, mislnya:
·
ber- + Dasi = berdasi
‘memakai atau mengenakan dasi’;
b.
‘mempunyai apa
yang tersebut pada bentuk dasarnya’,misalnya:
·
ber- + Kumis = berkumis
‘mempunyai kumis’;
c.
‘mengeluarkan’,misalnya:
·
ber- + Suara = bersuara
‘mengeluarkan suara’;
d.
‘mengerjakan
‘atau’ menggarap’,misalnya:
·
ber- + Ladang = berladang
‘mengerjakan atau menggarap ladang’;
e.
‘mengendarai
‘atau’ mempergunakan’,misalnya:
·
ber- + Sepeda = bersepeda
‘mengendarai ‘atau’ mempergunakan sepeda’;
f.
‘bermain seperti
bentuk dasar’:
·
ber- + Catur = bercatur
‘bermain catur’;
Apabila bentuk dasarnya berkelas kata sifat, maka imbuhan {ber-} mempunyai arti seperti
berikut:
a.
ber- + Duka = berduka
b.
ber- + Sedih = bersedih
Apabila bentuk dasarnya berkelas kata bilangan , maka imbuhan {ber-} mempunyai arti seperti
berikut:
a.
ber- + Dua = berdua
b.
ber- + Lima = berlima
3.
Morfem imbuhan
{di-}
Arti imbuhan {di-} hanya satu, yaitu menyatakan tindakan yang pasif atau semata-mata
dihubungkan dengan fungsi subyeknya.
Contoh: diambil,diangkat,disirami,dibayar
dan sebagainya.
4.
Morfem imbuhan
{ter-}
Imbuhan {ter-} adalah bentuk dasar yang berkelas kata kerja,kata sifat, dan kata benda.
Apabila bentuk dasarnya berkelas kata benda, maka imbuhan {ter-} mempunyai arti seperti
berikut:
a.
‘tak sengaja di
(seperti bentuk dasar)’:
·
ter- + Cangkul = tercangkul
‘tak sengaja dicangkul’;
b.
‘dapat di
(seperti bentuk dasar) kan/i’:
·
ter- Bukti = terbukti
‘dapat dibuktikan’;
Apabila bentuk dasarnya berkelas kata kerja, maka imbuhan {ter-} mempunyai arti seperti
berikut:
a.
‘menyatakan
bahwa pekerjaan yang dilakukan tidak disengaja’,misalnya tersentuh,tertiup,tergeret,terganggu.
b.
‘dapat ‘atau’
sanggup’,misalnya:
·
ter- + Kejar = terkejar
dalam kalimat Ia akhirnya terkejar
juga.
c.
‘menyatakan
bahwa pekerjaan sudah selesai (perfektif)’,misalnya:
·
ter- + Tulis =
tertulis dalam kalimat Pendapat dia tertulis di rumusan hasil seminar;
d.
‘ketiba-tibaan’,misalnya:
·
ter- + Bangun = terbangun
dalam kalimat Ia terbangun karena
suara yang menggelegar itu.
Apabila bentuk dasarnya berkelas kata sifat, maka imbuhan {ter-} mempunyai arti paling’
seperti berikut:
Contoh:
a.
ter- + Pandai = terpandai
paling pandai’;
b.
ter- + Pendek = terpendek
paling pendek’;
5.
Morfem Imbuhan
{peN-}
Arti morfem imbuhan {peN-} sangat ditentukan oleh
kelas kata bentuk dasarnya. Bentuk dasar yang dapat bergabung dengan {peN-}
ialah bentuk dasar yang berkelas kata
kerja,kata sifat, dan kata benda.
Apabila bentuk dasarnya berkelas kata kerja, maka imbuhan {peN-} mempunyai arti seperti
berikut:
a.
Menyatakan
‘orang yang (biasa) melakukan pekerjaan yang – sebut pada bentuk
dasar’,misalnya:
·
peN- + Jual = penjual
‘orang yang (biasa) melakukan menjual’;
b.
Menyatakan ‘alat
yang dipakai untuk melakukan tindakan tersebut pada bentuk dasar’,misalnya:
·
peN- + Garis = penggaris
‘alat untuk menggaris’;
Apabila bentuk dasarnya berkelas kata sifat, maka imbuhan {peN -} mempunyai arti seperti
berikut:
a.
Menyatakan ‘yang
memiliki sifat yangtersebut pada bentuk dasar’, misalnya:
·
peN- + Riang = periang
‘yang mempunyai sifat periang’;
b.
Menyatakan ‘yang
menyebabkan adanya sifat yang tersebut pada bentuk dasar’,misalnya:
·
peN- + Dingin = pendingin
‘ yang menyebabkan jadi dingin’ atau yang menyebabkan dingin’;
c.
Orang yang mudah
cepat/menjadi seperti tersebut dalam bentuk dasar’,misalnya:
·
peN- + Malu = pemalu
‘orang yang mudah menjadi malu’;
Apabila bentuk dasarnya berkelas kata benda, maka imbuhan {peN-} mempunyai arti yang biasa melakukan
tindakan/pekerjaan yang berhubungan dengan kata benda yang pada bentuk dasarnya
‘atau’ orang yang meN-...
Contoh:
·
peN- + Laut =
pelaut meN- + Laut = melaut
‘orang yang biasa melaut’;
·
peN- + Rokok = perokok meN- + Rokok = merokok ‘orang yang biasa merokok’;
6.
Morfem Imbuhan
{pe-}
Morfem Imbuhan {pe-} mempunyai kesejajaran morfem
imbuhan {ber-}, sedangkan morfem imbuhan {peN-} mmpunyai kesejajaran dengan
morfem imbuhan {meN-}.
Contoh:
·
pe- + Lari = pelari ber +
Lari = berlari
‘orang yang berlari’;
Perbandingkan
dengan:
·
peN- + Tinju = peninju meN- + Tinju = meninju
‘orang yang meninju’;
Oleh sebab itu,kedua morfem imbuhan ini,{pe-} dan
{peN-}, perlu dibedakan.
7.
Morfem Imbuhan
{per-}
Morfem imbuhan {per-} dapat bergabung dengan bentuk
dasar yang berkelas kata benda,bilangan, dan sifat.
Apabila bergandeng dengan bentuk dasar kata benda, {per-} mempunyai arti
menjadikan (objek) sebagai atau memperlakukan (objek) sebagai berikut:
Contoh:
·
per- + Istri
= peristri ‘menjadikan (objek) sebagai
istri’;
·
per- + Budak = perbudak
‘memperlakukan (objek) sebagai budak’;
Apabila bergandeng dengan bentuk dasar kata bilangan,imbuhan {per-i mempunyai
arti ‘membuat jadi;
Contoh:
·
per- + Tiga
= pertiga ‘membuat jadi
tiga;
Apabila bergandeng dengan bentuk dengan bentuk dasar
yang berkelas kata sifat,{per-} mempunyai arti membuat jadi lebih’.
Contoh:
·
per- + Dalam = perdalam
‘membuat jadi lebih dalam’.
8.
Morfem Imbuhan
{se-}
Morfem mimbuhan {se-} bisa digandeng dengan bentuk
dasar yang berkelas kata benda.
Misalnya sekelas,sejalan,sekpala,sedesa,
dan sebagainya.
Ø Imbuhan {se-} yang melekat pada bentuk dasar kata benda mempunyai arti sebagai
berikut:
a.
Menyatakan
‘satu’ misalnya:
·
se- + Buah = sebuah
‘satu buah’;
b.
Menyatakan
‘seluruh’,misalnya:
·
se- + Dunia = sedunia
‘seluruh dunia’;
c.
Menyatakan
‘sama’ atau ‘sebesar ...’,misalnya:
·
se- + Kucing
= sekucing ‘sama dengan kucing ‘atau’
sebesar kucing’;
Selain
melekat pada kata benda, morfem {se-} bisa bergabung dengan penggolong benda.
Misalnya seorang,seekor,sebuah,sebatang,sebentuk,sebidang
dan sebagainya.
Ø Imbuhan
{se-} yang melekat pada bentuk dasar kata
sifat mempunyai arti sebagai berikut:
Contoh:
· se- + Baik = sebaik
· se- + Cantik = secantik
9.
Morfem Imbuhan
{ke-}
Bentuk ke
itu ada dua macam, yaitu {ke-} sebagai imbuhan (sehingga ditulis ke) dan ke sebagai kata depan (biasanya
ditulis ke)
Contoh: kesepuluh,kekasih,kedua dan sebagainya.
Sedangkan yang termasuk kata depan.
Contoh: ke
sini, ke situ, ke jakarta dan sebagainya
Apabila imbuhan {ke-} bergandengan dengan bentuk
dasar berkelas kata bilangan, maka
imbuhan {ke-} mempunyai arti sebagai berikut:
Contoh:
a.
‘menyatakan
kumpulan yng terdiri atas jumlah yang tersebut pada bentuk dasar’,misalnya:
·
ke- + Lima = kelima (anak itu anak saya) ‘kumpulan anak yang terdiri
atas lima orang’;
b.
‘menyatakan
urutan seperti apa yang tersebut pada bentuk dasarnya’,misalnya:
·
ke- + Dua =
kedua ‘urutan istri yang
nomor dua’;
Apabila bergandeng dengan bentuk dasar selain kata bilangan, maka imbuhan {ke-}
itu berarti ‘yang di... ‘atau’ yang dianggap’.
Contoh:
Kekasih yang dikasihi
Kerangka (karangan,laporan) yang dianggap
rangka
10. Morfem imbuhan {-kan}
Morfem Imbuhan {-kan} ialah bentuk kan yang
merupakan bagian dari morfem imbuhan terbelah {meN-kan} dan {di-kan}
Contoh: melakukan,menganaktirikan,dijalankan,
dan dikesampingkan.
Morfem {-kan} bisa melekat pada kata benda;misalnya artikan,kanfaskan,bukukan.
Morfem {-kan} bisa melekat pada kata kerja;misalnya kerjakan,berikan,bacakan.
Morfem {-kan} bisa melekat pada kata sifat;misalnya hitamkan,putihkan,licinkan.
Arti morfem afiks {-kan} bisa dideskripsikan seperti
ini:
a.
‘membuat (objek)
seperti bentuk dasar ‘atau’ kausatif’:
·
meN- + Sempit = menyempit + {-kan}
menyempitkan
‘membuat (objek) menjadi sempit’;
b.
‘melakukan
sesuatu untuk orang lain’ atau ‘ me... (objek) untuk orang lain’ atau’
benektif’:
·
meN- + Beli = membeli + {-kan}
membelikan ‘membeli untuk orang lain’;
c.
‘melakukan
sesuatu secara intensif’:
·
meN- + Dengar = mendengar + {-kan}
mendengarkan
‘mendengarkan dengan intensif’;
d.
‘melakukan
seperti bentuk dasar pada/tentang sesuatu’atau transitif:
·
meN- + Ajar = mengajar + {-kan}
mengajarkan
‘mengajar (pada seseorang) tentang sesuatu’;
11. Morfem Imbuhan {-i}
Seperti halnya morfem imbuhan {-kan}, morfem
imbuhan{-i} ini juga merupakan morfem tersendiri yang mempunyai arti sendiri
dalam pembentukan kata. Bentuk ini bukan merupakan bagian dari morfem imbuyan
terbelah {meN-i} dan {di-i} seperti pada kata menduduki,mendatangi,disakiti dan dikotori.
Morfem {-i} biasanya bergandeng dengan bentuk dasar
kompleks yang berkelas kata kerja dan
biasanya mempunyai dua kem,ingkinan arti berikut:
a.
Menyatakan bahwa
‘tindakan yangtersebut pada bentuk dasar itu dilakukan
berulang-ulang’,misalnya:
·
Melempar + {-i}
= melempari ‘melempari
berulang-ulang’;
b.
Menyatakan
‘melakukan tindakan yang tersebut padabentuk dasarnya di suatu tempat’:
·
Menulis + {-i} =
menulisi ‘menulis di
...’;
c.
Melakukan
sesuatu atau terjadi sesuatu pada ... ‘:
·
Mendekat + {-i}
= mendekati ‘mendekat
pada ... ‘;
12.
Morfem imbuhan {-an}
Morfem
imbuhan {-an} dapat bergabung debgan bentuk dasar kata benda, kata kerja, kata
sifat, dan kata bilangan. Apbila bergandeng dengan bentuk dasar kata benda,
morfem imbuhan {-an} mempunyai dua kemungkinan arti, yaitu
a. Menyatakan
‘tiap-tiap’, misalnya
Meteran ‘tiap-tiap
meter’;
Bulanan ‘tiap-tiap
bulan’;
b. ‘kumpulan’
atau ‘yang banyak... nya’ atau ‘luas... nya’:
Durian ‘banyak
duriannya’;
Lautan ‘luas
lautnya’;
c. ‘
yang ada di...’;
Bawahan ‘yang
ada di bawah’;
Belakangan ‘yang ada di belakang’;
Apabila
bergandeng dengan bentuk dasar yang berkelas kata kerja morfem imbuhan {-an}
mempunyai tiga kemungkinan arti, yaitu
a. Menyatakan
‘ hasil atau akibat dari tindakan yang tersebut pada bentuk dasar’, misalnya:
Pikiran ‘hasil
pikiran’;
Tangkapan ‘hasil
menangkap’;
b. Menyatakan
‘alat yang dipakai dalam tindakan yang tersebut pada bentuk dasarnya’, misalnya
Saringan ‘alat
menyaring’;
Ukuran ‘alat
mengukur’;
c. Meyatakan
‘tempat suatu tindakan yang tersebut pada bentuk dasarnya’; misalnya;
Pacuan ‘tempat
terpacu’;
Kuburan ‘tempat
mengkubur’;
d. ‘yang
di ...seperti bentuk dasar’;
Makanan ‘yang
dimakan’;
Pakaian ‘yang
dipakai’;
Makna
morfem {-an}, bila bergabung dengan kata sifat, adalah ‘yang seperti bentuk
dasar’. Misalnya
Kotoran ‘yang
kotor’;
Dataran ‘yang
datar’;
Manisan ‘yang
manis’;
Untuk
makna morfem {-an} yang melekat pada kata bilangan (numeralia), mungkin yang
ditunjuk adalah arti ‘kelipatan’, misalnya ratusan, puluhan, dan ribuan.
Tetapi, ribuan, misalnya, juga bisa bermakna ‘jangka’ atau ‘di sekitar’;
‘jangka waktu seribu atau ‘d sekitar seribu’; tahun lima puluhan, misalnya lagi
‘di sekitar tahun 50’.
13.
morfem Imbuhan {-wan}
Morfem
imbuhan {-wan} dapat melekat pada bentuk dasar berkelas kata benda,
misalnya sejarawan, negarawan, hartawan,
dwibahasawan. Arti {-wan} untuk ini adalah sebagai berikut.
a. ‘orang
yang ahli dalam bidang seperti bentuk dasar’;
Ilmuwan ‘orang
yang ahli dalam bidang seperti bentuk dasar’;
Budayawan ‘orang
yang ahli dalam bidang budaya’;
Rohaniwan ‘orang
yang ahli dalam bidang rohanu’;.
b. ‘orang
yang pekerjaannya khusus dalam bidang seperti bentuk dasar’;
Industriwan ‘orang yang pekerjanya khusus dalam bidang industri’;
Wartawan ‘orang
yang pekerjanya khusus dalam bidang warta’;
Usahawan ‘orang yang pekerjanya khusus dalam bidang usaha’;
c. ‘orang
yang memiliki seperti bentuk dasar yang bersifat lebih’;
Rupawan ‘orang
yang memiliki rupa lebih’;
Hartawan ‘orang
yang memiliki harta lebih’;
Budiman ‘orang
yang memiliki budi lebih/mulia’;
d. ‘orang
yang secara khusus memahirkan diri dalam bidang seperti bentuk dasar’;
Sastrawan ‘orang
yang memahirkan diri khusus di bidang sastra’;
Olahragawan ‘orang yang memahirkan diri khusus bidang olahraga’;
Seiman/seniwati ‘orang yang memahirkan diri khusus di bidang seni’;
14.
morfem Afiks {-el-}. {-er-}, {-em-}
Agaknya harus diingatkan lagi disini bahwa
perubahan arti merupakan salah satu syarat disebutnya suatu bentuk telah
mengalami proses morfologis. Selama ini, hampir semua pembahasan bahasa
Indonesia menulis bahwa sisipan (morfem infiks) adalah alat afiksasi; dan
afiksasi adalah salah satu alan proses morfologis. Bentuk telunjuk, misalnya,
berarti ‘jari yang biasa digunakan untuk menunjuk’ (sengaja di sini tidak
dipersoalkan adanya kemungkinan orang terpaksa menggunakan jari tengahnya,
misalnya, sebagai jari penunjuk karens sesuatu hal). Seperti diketahui, bentuk
itu merupakan hasil proses afiksasi –el- + tunjuk. Bentuk dasar tujuk bermakna
‘hal menunjuk’. Jadi, jelas sudah bahwa timbulnya makna ‘jari tengah’ pada
telunjuk disebabkan kehadiran –el-.
15.
morfem imbuhan {ke-an}
Bentuk
dasar yang dapat dilekati morfem imbuhan {ke-an} pada umumnya berkelas kata
kerja, benda, sifat, dan bilangan.
a. Menyatakan
‘suatu abstraksi atau hal dari bantuk dasar’, misalnya:
Keberangkatan ‘hal berangkat’;
Kepergian ‘hal
pergi’;
Kemanusiaan ‘hal manusia’;
Keduniaan ‘hal
dunia’;
b. Menyatakan
‘menderita atau dikenai apa yang tersebut pada bentuk dasar’, misalnya;
Kedinginan ‘menderita/dikenai
dingin’;
Kehujanaan ‘menderita
hujan’;
Ketakutan ‘menderita
takut’;
Kehilangan ’menderita
hilang’;
c. Menyatakan
‘tempat’ atau ‘daerah’, misalnya;
Kepresidenan ‘tempat presiden’;
Kelurahan ‘tempat’
daerah lurah’;
Kecamatan ‘tempat’
daerah camat’;
Kerajaan ‘tempat
raja’;
d. ‘sifat
seperti bentuk dasar’;
Keindonesiaan ‘sifa Indonesia’;
Kejawaan ‘sifat
jawa’;
Keislaman ‘sifat
islam’;
16.
Morfem Imbuhan {peN-an}
Morfem
{peN-an} bisa bergabung dengan kata benda (penghargaan, pengairan, penanaman),
kata kerja ( pengajaran, pendidikan, penghabisan), kata sifat (pengadilan,
pemutihan, pengasingan), kata bilangan (penyatuan).
a. ‘hal/proses’;
Pemeriksaan ‘hal/proses memeriksa’;
Pembacaan ‘hal/proses
membaca’;
Penjualan ‘hal/proses
mejual’;
b. ‘hal/hasil’;
Pengalaman ‘hal/hasil
mengalami’;
Penghasilan ‘hal/hasil menghasilkan’;
Pendapatan ‘hal/hasil
mendapatkan’;
c. ‘tempat’;
Penggilingan ‘tempat menggiling’;
Pengadilan ;tempat
mengadili’;
Pemandian ‘tempat
mandi’;
17.
Morfem Imbuhan {per-an}
Setelah
melekat pada bentuk dasarnya, morfem imbuhan {per-an} mempunyai tiga
kemungkinan arti,;
a. Menyatakan ‘hal-hal yang berhubungan dengan
apa yang tersebut pada bentuk dasar’, misalnya
Perekonomian ‘hal-hal yang berhubungan dengan ekonomi’;
Perindustrian ‘hal-hal yang berhubungan dengan industri’;
Perjudian ‘hal-hal
yang berhubungan dengan judi’;
b. Menyatakan
‘hal atau hasil dari suatu tindakan yang tersebut pada bentuk dasar’, misalnya
Perkembangan ‘hal yang berkembang’;
Perhitungan ‘’hal
beritung’ atau ‘hasil berhitung’
Perdamaian ‘hal
berdamai’;
c. Menyatakan
‘kumpulan’ atau ‘daerah’, misalnya;
Pertokoan ‘daerah
toko’;
Perumahan ‘kumpulan/daerah
rumah’;
Perbukitan ‘daerah bukit’;
d. ‘tempat’,
misalnya
Perguruan ‘tempat
berguru’;
Perlindungan ‘tempat berlindung’;
Perkebunan ‘tempat
kebun’
18.
Morfem Imbuhan {ber-an}
Bentuk
dasar yang dapat bergabung dengan morfem imbuhan {ber-an} adalah bentuk dasar
yang berkelas kata kerja saja. Kemungkinan artinya dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Menyatakan
bahwa ‘tindakan yang terdapat pada bentuk dasarnya dilakukan oleh banyak
orang’, misalnya
Bermunculan ‘banyak yang muncul’
Berjatuhan ‘banyak
yang jatuh’
Berdatangan ‘banyak yang datang’
Berguguran ‘banyak
yang gugur’
b. Menyatakan
bahwa “ tindakan yang terdapat pada bentuk dasarnya dilakukan secara
berulang-ulang’, misalnya
Berloncatan ‘berloncat berulang-ulang’;
Berlarian ‘berlari
berulang-ulang’;
Bergulingan ‘berguling berulang-ulang’
c. Menyatakan
bahwa ‘tindakan yang terdapat pada bentuk dasarnya dilakukan oleh dua
pihak yang saling mengenai’;
Berkirimkan ‘saling mengirim’
Berpandangan ‘saling memandang’
Bersindiran ‘saling menyindir’
Berpukulan ‘saling
memukul’
19.
Morfem Afiks (meN-kan)
Bahwa
{meN-kan} termasuk konfiks, dan sebagaian kata yang mengandung meN- dan –kan
tidak termasuk konfiks, bisa dijelaskan dengan proses morfologisnya. Bila suata
kata terjadi dar bentuk dasar langsung ke bentuk meN-bentukdasar-kan, kata
bentukan itu pasti mengandung konfiks {meN-kan}. Bentuk menidurkan, misalnya,
tidak dibentuk dari meN- + tidurkan atau (apalagi) menidur+-kan, tetapi meN-kan
+ tidur. Jadi, prosesnya adalah dari tidur langsung ke menidurkan; morfem
{meN-kan} inilah konfiksnya.
Dalam
faktanya, [meN-kan] bisa bergabung dengan kata kerja, misalnya melaksanakan,
mengirimkan, mengerjakan; dengan kata benda, misalnya mencerminkan,
menyekolahkan, menceritakan; dengan kata sifat, misalnya mengindahkan,
membahagiakan, mengasingkan; dengan kata bilangan, misalnya menyatakan. Makna
{meN-kan} pada bentukan tersebut amat bergantung pada bentuk dasarnya. Maknanya
dapat didaftarkan sebagai berikut:
a. ‘menjadikan
(objek) sebagai seperti bentuk dasar’;
Mencerminkan ‘mnjaikan (objek) sebagai cermin’;
Mengakibatkan ‘menjsdiksn (objek) sebagai akibat’;
Membukukan ‘menjadikan (objek) sebagai buku’;
b. ‘membuat
(objek) (melakukan tindakan) seperti bentuk dasar’;
Menidurkan ‘membuat (objek) (melakukan) tidur’;
Membangunkan ‘membuat (objek)
bangun’;
Mendatangkan ‘membuat (objek) datang’;
c. ‘memberikan
(objek) sesuatu seperti bentuk dasar’;
Mengizinkan ‘memberi (objek) izin’;
Menjanjikan ‘memberi (objek) janji’;
Menempatkan ‘memberi (objek) tempat
d. ‘melakukan
tindakan seperti bentuk dasar’;
Membicarakan ‘melakukan tindakan bicara’;
Mengerjakan ‘melakukan tindakan kerja’;
20.
Morfologi Afiks {meN-i}
Sebagai
konfiks, morfem {meN-i} dapat bergabung dengan kata benda, misalnya memusuhi,
menempati ; dengan kata kerja, misalnya menulisi, menduduki; dan dengan kata
sifat, misalnya menyukai, menikmati. Arti morfem {meN-i} untuk bentuk-bentuk
ini adalah sebagai berikut.
a. ‘Menjadikan
(objek) sebagai seperti bentuk dasar’;
Memusuhi ‘menjadikan
(objek) sebagai musuh’;
Menempati ‘menjadikan
(objek) sebagai tempat’;
b. ‘memberi
(objek) seperti bentuk dasar’;
Menjuduli ‘memberi
(objek) judul’;
Melukai ‘memberi
(objek) luka’;
Menghargai ‘memberi
(objek) harga’;
c. ‘melakukan)
perbuatan seperti bentuk dasar di/pada/ke (objek)’;
Menduduki ‘melakukan
duduk di (objek)’;
Mendatangi ‘datang
di (objek)’;
Menanyai ‘tanya
pada (objek)’;
d. ‘embat/menyebabkan
(objek) seperti bentuk dasar’;
Menghitami ‘mmembuat/menyebabkan
(objek) hitam’;
Mengotori ‘membuat/menyebabkan
(objek) kotor’;
e. ‘jadi
seperti bentuk dasar di/dalam (objek)
Merajai ‘jadi
raja di dalam (objek)’;
Menokohi ‘jadi
tokoh di dalam (objek)’;
Mewakili ‘jadi
wakil di dalam (objek)’;
f.
‘menganggapi/memperlakukan (objek) sebagai
seperti bentuk dasar’;
Membodohi ‘menganggap
(objek) bodoh’;
Mengibuli ‘menganggap/memperlakukan
(objek) kibul’;
Membelakangi ‘menganggap (objek) sebagai (ada di) belakang’;
21.
Morfem Afiks {se-nya)
Berbeda
dengan se- pada sebesar yang berarti ‘sama’ dan –nya pada bukunya yang bermakna
‘milik orang ketiga tunggal’, misalnya morfem konfiks {se-nya} tak mengacu
kepada semua itu. Konfiks ini bisa melekat pada kata sifat, misalnya
sepenuhnya, sewajarnya; dengan kata kerja, misalnya seadanya, sebaliknya,
semulanya; dengan kata tugas, misalnya seandainya, sebelumnya, semestinya,
sesungguhnya, sesudahnya. Sebagai catatan harap diingat bahwa gabungan (se-nya)
dengan bentuk dasar kata sifat itu laszim sekali diulang, misalnya
setinggi-tingginya, sebesar-besarnya.
Konfiks
{se-nya} mempunyai arti-tepatya: tugas-seperti berikut ini:
a. ‘pembentukan
adverbia/keterangan
Sebaliknya, seandainya, selanjutnya,
secukupnya, sebelumnya;
Serendah-rendahnya, seadil-adilnya;
b. Pembentukan
modalitas’; sebenarnya, sekiranya, semesti nya, seharusnya, seyogiannya;
(Periksa Purwo, 1986: 47).
22.
Morfem Afiks {-isme}, {(is-)asi)},{-logi}
Meski
afiks ini dipungut dari bahasa asing, morfem-morfem tersebut amat produktif
dalam pembentukan kata. Ia bisa melekat pada bentuk dasar asli bahasa
Indonesia.
Makna
{-isme} adalah ‘paham, aliran, sifat’; misalnya klobotisme, bapakisme,
marhaenisme, sungkanisme, gombalisme. Anda pun tidak dilarang
merekaciptakannya. Morfem {-(is)asai} bisa bermakna proses atau ‘peN-bentuk
dasar-an’; misalnya helmisasi, lelenisasi,KB-nisasi, turinisasi, tieulisasi,
yang bermakna ‘proses penghelman’, proses penggalakan pemeliharaan lele’; ‘pen
KB-an’; dan lain-lain. Sementara, {-logi} berarti ‘studi tentang seperti bentuk
dasar’, misalnya Jawanologi ‘studi/pengkajian tentang Jawa’, Balinologi
‘studi/pengkajian tentang Bali, Sundanologi ‘studi/pengkajian tentang Sunda dan
lain-lain.
B.
ARTI MORFEM
ULANG
Menurut
Muslich (2010: 89). Morfem ulang Bahasa Indonesia dapat membentuk kata dengan
bentuk dasar yang berupa kata kerja (verba), kata benda (nomina), kata sifat
(adjektiva). Di samping itu, morfem ulang juga berkombinasi dengan morfem
imbuhan dalam membentuk suatu kata misalnya :
Ø ke – an : kekuning – kuningan, kebiru – biruan.
Ø se – nya : sebaik – baiknya, sekuat – kuatnya
Ø -an : rumah – rumahan, sepeda – sepedaan, orang – orangan.
a.
Apabila bentuk dasarnya berkelas
kata kerja, maka morfem ulang mempunyai beberapa arti sebagai berikut :
1.
Menyatakan bahwa “tindakan yang
tersebut pada bentuk dasar di lakukan berulang – ulang, contoh :
Ø Memukul – mukul =
“memukul berulang – ulang”
Ø Menggerak – gerakkan =
“menggerakkan berulang – ulang”
Ø Mengiris – iris =
“mengiris berulang – ulang”
2.
Menyatakan bahwa “tindakan yang
tersebut pada bentuk dasar di lakukan oleh dua pihak dan saling mengenai/berbalasan,
contoh :
Ø Bantu – membantu =
“saling membantu”
Ø Tinju – meninju =
“saling meninju”
Ø Kunjung – mengunjungi =
“saling mengunjungi”
3.
Menyatakan “hal-hal yang berhubungan
dengan tindakan yang bersangkut paut dengan bentuk dasar”, contoh:
Ø Cetak – mencetak =
“hal – hal yang berhubungan dengan kegiatan mencetak”
Ø Karang – mengarang = “hal
– hal yang berhubungan dengan kegiatan mengarang”
Ø Coret – mencoret =
“hal – hal yang berhubungan dengan kegiatan mencoret”
4.
Menyatakan bahwa “tindakan tersebut
pada bentuk dasar dilakukan dengan seenaknya/santai atau hanya untuk bersenang
– senang:, contoh:
Ø Membaca – baca =
“membaca seenaknya/santai untuk bersenang – senang”
Ø Makan – makan =
“makan seenaknya/santai untuk bersenang – senang”
Ø Berjalan – jalan =
“berjalan seenaknya/santai untuk bersenang – senang”
5.
Berkombinasi dengan afiks {ber-an}
menyatakan bahwa tindakan itu dilakukan oleh kedua pihak dan saling mengenai”,
contoh:
Ø Berkirim – kiriman =
“saling mengirim”
Ø Berolok – olok =
“saling mengolok”
Ø Berpukul – pukulan =
“saling memukul”
6.
“rasa kekhawatiran, rasa
ketaksetujuan, rasa menggerutu”, contoh:
Ø Datang – datang dalam datang
– datang, langsung tidur = “baru saja datang, kok langsung tidur”
Ø Tahu – tahu dalam tahu
– tahu, film sudah bubar = “begitu sadar (tahu), sayangnya film sudah
bubar”
b.
Apabila bentuk dasarnya berkelas
kata benda, maka morfem ulang mempunyai beberapa arti, sebagai berikut:
1.
Menyatakan “banyak”, contoh:
Ø Kemajuan – kemajuan =
“banyak kemajuan”
Ø Gedung – gedung =
“banyak gedung”
Ø Orang – orang =
“banyak anak”
2.
Menyatakan “meskipun”, contoh:
Ø Beras – beras (dimakannya) =
“meskipun beras (dimakannya)”
Ø Sandal – sandal (diangkatnya) =
“meskipun sandal (diangkatnya)”
Ø Darah – darah (diminumnya) =
“meskipun darah (diminumnya)”
Apabila berkombinasi dengan sufiks {–an} menyatakan “sesuatu
yang menyerupai apa yang tersebut pada bentuk dasar”, contoh : orang –
orangan “yang menyerupai orang”, kuda – kudaan “yang menyerupai
kuda”, kereta – keretaan “yang menyerupai kereta”.
c.
Apabila bentuk dasarnya berkelas kata
sifat, maka kemungkinan arti morfem ulang sebagai berikut:
1.
Menyatakan “lebih … lagi”, contoh:
Ø Cepat – cepat lebih cepat lagi Berlarilah cepat – cepat!
Ø Rajin – rajin lebih rajin lagi Belajarlah rajin – rajin !
2.
Berkombinasi dengan {ke-an}
menyatakan “agak”, contoh:
Ø Kehijau – hijauan “agak
hijau”
Ø Keheran – heranan “agak
heran”
3.
“meskipun seperti bentuk dasar”,
contoh:
Ø Jelek – jelek (dia
itu setia) “meskipun jelek”
Ø Kecil – kecil (tapi
sangat dibutuhkan) “meskipun
jelek”
4.
Berkombinasi dengan afiks {se-nya}
menyatakan “tingkat yang paling tinggi” atau “supelatif”, contoh:
Ø Sekecil – kecilnya “tingkat
yang paling kecil”
Ø Sebaik – baiknya “tingkat
yang paling baik”
C. ARTI MORFEM KONSTRUKSI MAJEMUK
Kata
majemuk dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok:
Pertama : Kambing
hitam, meja hijau, lembaran hitam, apa boleh buat, bertekuk lutut, membabi
buta, membanting tulang, putri malu, sayap kiri, kumis kucing, naik daun, makan
tuan, hidung belang, kumis kucing, matahari, dsb.
Kedua : Rumah makan, rumah sakit, istri muda, mata air, sepak bola, tolak
peluru, angkat besi, naik haji, naik pangkat, jual beli, pulang pergi, putus
asa, jumpa pers, mabuk laut, dsb.
Ketiga : Tua renta, gelap gulita, dendam kesumbat, anak pinak, hitam legam,
malam kelam, naik pitam, kering keronta, dsb.
Morfem
unik bahasa Indonesia apabila menggandeng morfem lain dapat
membentuk-bentuk majemuk. Morfem yang
bergandeng dengan morfem unik ada dua jenis, yaitu berjenis kata kerja dan
berjenis kata sifat.

2. Simpang+siur
= simpang siur kata
kerja
3. Naik+pangkat
= naik pangkat “frekuensi kuantitatif”
4. Membanting+tulang
= membanting tulang

2. Gelap+gulita
= gelap gulita kata
sifat berarti “intenitas
3. Hitam+legam
= hitam legam kualitatif” atau “penyangatan”
DAFTAR PUSTAKA
Muslich, masnur. 2010. Tata
Bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar