Selasa, 09 Januari 2018

KLASIFIKASI KATA

NAMA       : DELFI NOFITA SARI
NIM            : 166048
KELAS       : PBSI 2016 A
MATA KULIAH  : MORFOLOGI
KLASIFIKASI KATA
A.    KLASIFIKASI KATA MENURUT PARA AHLI
a.       Penggolongan kata menurut Gorys Keraf, ada empat (4) kategori yaitu:
1)      Kata benda
Ialah semua kata yang dapat diterangkan atau diperluas dengan yang + kata sifat. Kata ganti merupakan sub-golongan kata benda.
2)       Kata kerja
Ialah segala macam kata yang dapat diperluas dengan kelompok kata dengan + kata sifat. Misalnya berjalan, nyanyi, mendengar.
3)      Kata sifat
Ialah semua kata yang dapat mengambil bentuk se + reduplikasi kata dasar + nya. Misalnya semahal-mahalnya, secepat-cepatnya.
4)      Kata tugas
·    Kata tugas monovalen, yaitu yang semata-mata bertugas untuk memperluas kalimat, misalnya dan, tetapi, sesudah, di, ke, dari.
·    Kata tugas yang abmivalen, yaitu kata tugas yang juga bertindak sebagai jenis kata lain, baik dalam membentuk suatu kalimat minim maupun mengubah bentuknya. Misalnya sudah dan tidak.
b.      Penggolongan kata menurut Aristoteles, ada sepuluh (10) kategori yaitu:
1)      Kata Benda => Nomina
2)      Kata Sifat => Adjektiva
3)      Kata Kerja => Verba
4)      Kata Bilangan => Numeralia
5)      Kata Ganti => Pronomina
6)      Kata Keterangan => Adverbia
7)      Kata Sambung => Konjungsi
8)      Kata Depan => Prevosisi
9)      Kata Sandang => Artikel
10)  Kata Seru => Interjeksi
c.       Penggolongan kata menurut M. Ramlan, ada dua belas (12) kategori, yaitu:
1)      kata verbal,
2)      kata nominal,
3)      kata keterangan,
4)      kata tambah,
5)      kata bilangan,
6)      kata penyukat,
7)      kata sandang,
8)      kata tanya,
9)      kata suruh,
10)  kata penghubung,
11)  kata depan, dan
12)  kata seruan.
d.      Penggolongan kata menurut Harimurti Kridalaksana ada tiga belas (13),yaitu:
1.      Verba
2.      Ajektiva
3.      Nomina
4.      Pronomina
5.      Adverbia
6.      Numeralia
7.      Interogativa
8.      Demonstrativa
9.      Artikula
10.  Preposisi
11.  Konjungsi
12.  Fatis dan
13.  Interjeksi

B.     KLASIFIKASI KATA KELAS TERBUKA
Kata kelas terbuka adalah kelas kata yang keanggotaanya dapat bertambah atau berkurang sewaktu-waktu. Kelas kata terbuka selalu menjadi dasar dalam proses morfologis.
Menurut Chaer, 2008. Klasifikasi kelas terbuka adalah sebagai berikut:
a.       Nomina
Ciri utama kelas kata nomina dilihat dari adverbia pendampingnya adalah:
1.      Tidak dapat didahului oleh adverbia  negasi tidak.
2.      Tidak dapat didahului oleh adverbia derajat agak (lebih, sangat, dan paling)
3.      Tidak dapat didahului oleh adverbia keharusan wajib
4.      Dapat didahului oleh adverbia yang menyatakan jumlah seperti satu, sebuah, sebatang, selembar, dan sebagainya.
Contoh: sebuah meja, sebuah kursi, sebuah pensil.
Dari segi bentuk nomina turunan dapat dikenali dari afiks-afiks yang diimbuhkan pada dasar yakni bentuk:
Berprefiks             : pe-, per-
Berkonfiks             : pe-an, per-an, ke-an
Bersufiks               : -an
b.      Verba (kata kerja)
Ciri utama verba atau kata kerja dilihat dari adverbia yang mendampinginya adalah bahwa kata-kata yang termasuk kelas verba.
1.      Dapat didampingi oleh adverbia negasi (tidak dan tanpa)
Contoh: tidak datang, tanpa makan
2.      Dapat didampingi oleh semua daverbia frekuensi (sering, jarang, kadang-kadang).
Contoh: sering datang, jarang makan, dan kadang-kadang pulang
3.      Tidak dapat didampingi oleh kata bilangan dengan penggolongan (sebuah, sebutir, selembar), namun dapat didampingi oleh semua adverbia jumlah (sedikit, kurang, cukup).
Contoh: sebuah *membaca, dua butir *menulis, dan tiga butir *pulang.
4.      Tidak dapat didampingi oleh semua adverbia derajat.
Contoh: agak *pulang, cukup *datang, lebih *pergi.
5.      Dapat didampingi oleh semua adverbia kala (sudah, sedang, tengah, lagi, akan, hendak, mau). Contoh: sudah makan, sedang mandi, tengah membaca, lagi tidur.
6.      Dapat didampingi oleh semua adverbia keselesaian (belum, baru, sedang, sudah).
Contoh: belum mandi, baru makan, sedang makan
7.      Dapat didampingi oleh semua adverbial keharusan.
Contoh: boleh mandi, harus pulang, wajib datang
8.      Dapat didampingi oleh semua anggota adverbia kepastian (pasti, tentu, mungkin, barangkali)
Contoh: pasti dating, tentu pulang, mungkin pergi.
Secara morfologi verba yang berupa kata turunan dapat dikenali dari bentuknya.
Ø  Berprefiks ber-
Berkonfiks ber-an
Berklofiks ber-an
Berklofiks ber-kan
Ø  Berprefiks me-
Berklofiks me-kan
Berklofiks me-i
Berklofiks memper-
Berprefiks me- dan konfiks per-kan
Berprefiks me- dan berkonfiks per-i. (masing-masing dengan bentuk pasifnya berprefiks di-, berprefiks ter- dan berprefiks zero)
Ø  berprefiks ter-
berkonfiks ter-kan
berkonsfik ter-i
berprefiks se-
bersufiks –kan
bersufiks –i
c.       Adjektifa
Ciri utama ajektifa dari adverbia yang mendampinginya adalah bahwa kata-kata yang termasuk kelas ajektifa.
1.      Tidak dapat didampingi oleh adverbia frekuensi (sering, jarang, kafang-kadang). Contoh : sering indah, jarang tinggi, kadang-kadang besar.
2.      Tidak dapat didampingi oleh adverbia jumlah (banyak, sedikit, sebuah). Contoh: banyak bagus, sedikit baru, sebuah indah.
3.      Dapat didampingi oleh semua adverbia derajat (agak, cukup, lebih, sangat, sedikit, jauh, paling). Contoh: agak tinggi, cukup mahal, lebih bagus.
4.      Dapat didampingi oleh adverbia kepastian (pasti, tentu, mungkin, barangkali). Contoh: pasti indah, tentu baik, mungkin buruk
5.      Tidak dapat diberi adverbia kala (hendak, mau). Contoh: hendak indah, mau tinggi.
Secara morfologi ajektifa yang berupa kata turunan atau kata bentukan dapat dikenali dari sufiks-sufiks (yang berasal dari bahasa asing)
-          -al (faktual, ideal gramatikal)
-          -il (prinsipil, idiil, materiil)
-          -iah (alamiah, ruhaniah, harfiah)
-          -if (efektif, kualitatif, administratif)
-          -ik (mekanik, patriotik, heroik)
-          -is (teknis, kronologis, pancasilais)
-          -istis (materialistis, optimistis, egoistis)
-          -i (islami, alami, jasadi)
-          -wi (duniawi, surgawi, kimiawi)
-          -ni (grejani)

C.     KLASIFIKASI KATA KELAS TERTUTUP
Kelas kata tertutup adalah kelas kata jumlah keanggotaanya terbatas dan tidak tampak kemungkinan untuk bertambah atau berkurang.
Menurut Chaer, 2008. Klasifikasi kata kelas tertutup adalah sebagai berikut:
a.       Adverbia
Adverbia lazim disebut kata keterangan atau kata keterangan tambahan. Fungsinya adalah menerangkan kata kerja, kata sifat, dan jenis kata lainnya. Adverbia disebut juga kata-kata yang bertugas mendampingi nomina, verba, dan ajektifa. Adverbia pada umumnya berupa bentuk dasar. Sedikit sekali yang berupa kata bentukan. Yang berupa kata bentukan ini secara morfologi dapat dikenali dari bentuknya
1.      Berprefiks se- (sejumlah, sebagian, seberapa, semoga)
2.      Berprefiks se- dengan reduplikasi (sekali-kali, semena-mena)
3.      Berkonsfiks se-nya ( sebaiknya, seharusnya, sesungguhnya, sebisanya)
4.      Berkonfiks se-nya disertai reduplikasi (selambat-lambatnya, secepat-cepatnya, sedapat-dapatnya)
Dari segi semantic, yakni dari komponen makna utama yang dimiliki dapat dibedakan menjadi:
  1. negasi (tidak, bukan, tanpa tiada).
  2. frekuensi (sering, jarang, kadang-kadang, biasa, sekali-kali, acap kali, selalu)
  3. kuantitas/jumlah (banyak, sedikit, cukup, kurang, semua, seluruh, sebagian, seberapa)
  4. kualitas/derajat (agak, cukup, lebih, kurang, sangat, paling, sedikit, sekali)
  5. waktu/ kala (sudah, sedang, lagi, tengah, akan, hendak, mau)
  6. keselesaian (sudah, belum, baru, sedang)
  7. pembatasan (hanya, saja)
  8. keharusan (boleh, wajib, harus, mesti)
  9. kepastian (pasti, tentu, mungkin, barangkali)
b.      Pronomina
Pronomina disebut juga kata ganti karena tugasnya memang menggantikan nomina yang ada. Pronomina secara umum dibedakan dalam 4 macam:



1.      Pronomina persona (kata ganti diri)
Kata ganti diri adalah pronomina yang menggantikan nomina orang atau yang diorangkan, baik berupa nama diri atau bukan nama diri. Kata ganti diri dibedakan atas:
Ø  Kata ganti diri orang pertama tunggal (saya, aku, beta), orang pertama jamak (kami kita)
Ø  Kata ganti diri orang kedua tunggal (kamu, engkau), orang kedua jamak (kalian kamu sekalian)
Ø  Kata ganti diri orang ketiga tunggal (ia, dia, nya), orang ketiga jamak (mereka)
2.      Kata ganti penunjuk (demonstratifa)
Kata ganti penunjuk atau pronomina demostratifa (ini, itu) yang digunakan untuk menggantikan nomina sekaligus dengan penunjukkan. Kata ganti penunjuk ini digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang dekat dengan pembicara, sedangkan kata ganti penunjuk itu digunakan untuk menunjuk sesuatu yang jauh dari pembicara.
Ø  Buku ini adalah buku impor
Ø  Ini buku yang sudah lama saya beli
Ø  Buku itu belum say abaca
3.      Kata ganti tanya (interogatifa)
Kata ganti tanya atau pronomina interogatifa adalah kata yang digunakan untuk bertanya atau menanyakan sesuatu (nomina atau kontruksi yang dianggap sebagai nomina) kata ganti tanya ini meliputi: apa, siapa, kenapa, mengapa, berapa, bagaimana, dan mana.
Ø  Apa ini?
Ø  Ini apa?
Ø  Apakah kamu mengambil buku itu?
4.      Pronomina tak tentu
Pronomina tak tentu atau kata ganti tak tentu adalah kata-kata yang digunakan untuk menggantikan nomina yang tidak tentu. Yang termasuk akata ganti tak tentu adalah seseorang, salah seorang, siapa saja, setiap orang, masing-masing, suatu, sesuatu, salah satu beberapa dan sewaktu-waktu.
Ø  Ada sesorang menunggu anda diluar
Ø  Setiap orang diminta menunjukkan KTP-nya
Ø  Kerugian kami tidak seberapa
Ø  Sewaktu-waktu kerusuhan itu akan terjadi lagi.
c.       Numerelia
1.      Kata bilangan
Kata bilangan atau numeralia adalaha kata-kata yang menyatakan bilangan, jumlah, nomor, urutan dan himpunan. Menurut bentuk dan fungsinya dikenal adanya kata bilangan utama (satu, dua, lima), bilangan genap (dua, empat dua belas), bilangan ganjil (tiga, lima, tujuh), bilangan bulat, bilangan pecahan, bilanan tingkat (pertama, kedua) dan kata bantu bilangan.
2.      Kata bantu bilangan
Kata bantu bilangan disebut juga kata penjodoh bilangan, atau kata penggolong bilangan atau kata-kata yang digunakan sebagai tanda pengenal nomina tertentu dan ditempatkan di antara kata bilangan dengan nominanya. Yang termasuk dalam kata bantu bilangan adalah: ekor, buah, batang, helai, butir, biji, pucuk, bilah, mata, tangkai, kuntum, tandan, carik, kaki, pasang, dan rumpun. Contoh :
Ø  Dua orang korea
Ø  Seekor buaya
Ø  Selembar kertas
Ø  Sehelai kain
Ø  Sepasang sepatu
Ø  Sepucuk meriam
Ø  Sebilah pisau
Ø  Dua mata kail
Ø  Sekuntum mawar
Ø  Serumpun bamboo
d.      Preposisi
Preposisi atau kata depan adalah kata-kata yang digunakan untuk merangkaikan nomina dengan verba di dalam suatu klausa.
Secara semantik preposisi menyatakan makna sebagai berikut:
1)      Tempat berada (di , pada, dalam, atas, antara). Contoh:
Ø  Nenek tinggal di Bogor
Ø  Tulisannya dimuat dalam harian pos kota
Ø  Terima kasih atas pemberian itu
2)      Arah asal (dari). Contoh:
Ø  Dia dating dari Kediri
Ø  Mereka baru kembali dari desa
3)      Arah tujuan (ke, kepada, akan, terhadap). Contoh:
Ø  Mereka menuju ke utara
Ø  Kami meminta tolong kepada polisi
4)      Pelaku (oleh). Contoh:
Ø  Jembatan itu dibangun oleh pemerintah pusat
Ø  RS ini diresmikan oleh Gubernur DKI

5)      Alat (dengan, berkat). Contoh:
Ø  Kayu itu dibelah dengan kapak
Ø  Aku berhasil berkat bantuanmu
6)      Perbandingan (daripada). Contoh:
Ø  Kue ini lebih enak daripada kue itu
7)      Hal atau masalah (tentang, mengenai). Contoh:
Ø  Mereka membicarakan tentang gempa bumi
8)      Akibat, batas waktu (hingga, sehingga, sampai). Contoh:
Ø  Mereka berdiskusi hingga larut malam
Ø  Kita bersepeda sampai batas kota
9)      Tujuan (untuk, buat, guna, bagi). Contoh:
Ø  Ibu membeli sepatu baru untuk adik
Ø  Guna kepentingan umu kami rela berkorban
e.       Konjungsi
Konjungsi atau kata pengubung adalah kata-kata yang menghubungkan satuan-satuan sintaksis, baik antara kata dengan kata, antara frase dengan frase, antara klausa dengan klausa atau antara kalimat dengan kalimat.
Dilihat dari tingkat kedudukannya dibedakan atas:
1.      Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur kalimat atau lebih yang kedudukannya sederajat atau setara.
1)      Menghubungkan atau menjumlahkan (dan, dengan, serta)
2)      Menghubungkan atau memilih (atau)
3)      Menghubungkan mempertentangkan (tetapi, namun, sedangkan dan sebaliknya)
4)      Menghubungkan membetulkan (melainkan, hanya)
5)      Menghubungkan menegaskan (bahkan, malah, malahan, lagipula, apalagi, jangankan)
6)      Menghubungkan membatasi (kecuali, hanya)
7)      Menghubungkan mengurutkan (kemudian, lalu, selanjutnya, setelah itu)
8)      Menghubungkan menyamakan (yaitu, yakni, ialah, adalah, bahwa)
2.      Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur kalimat (klausa) yang kedudukannya tidak sederajat. Artinya, kedudukan klausa yang satu kebih tinggi (sebagai klausa utama) dan yang kedua sebagai klausa bawahan atau lebih rendah dari yang pertama.
Konjungsi ini dibedakan atas:
1)      Menghubungkan menyatakan sebab akibat (sebab, karena)
2)      Menghubungkan menyatakan persyaratan (kalau, jika, bila, bilamana, apabila, asal)
3)      Menghubungkan menyatakan tujuan (agar, supaya)
4)      Menghubungkan  menyatakan waktu (ketika, sewaktu, sebelum, sesudah, tatkala, sejak, sambil, selama)
5)      Menghubungkan menyatakan akibat, yaitu konjungsi sampai, hingga, dan sehingga)
6)      Menghubungkan menyatakan batas kejadian (sampai, hingga)
7)      Menghubungkan menyatakan tujuan atau sasaran (untuk, guna)
8)      Menghubungkan menyatakan penegasan (meskipun, biarpun, kendatipun, sekalipun)
9)      Menghubungkan menyatakan pengandaian (seandainya, andaikata)
10)  Menghubunkan menyatakan perbandingan (seperti, sebagai, laksana)
3.      Konjungsi antar kalimat adalah konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain yang berada dalam satu paragraf.
Dari sifat hubungannnya dibedakan atas:
1)      Menghubungkan dan mengumpulkan (jadi, karena, oleh sebab itu, kalau begitu, dengan demikian)
2)      Menghubungkan menyatakan penegasan (lagipula, apalagi)
3)      Menghubungkan mempertentangkan atau mengontraskan (namun, sebaliknya)
f.        Artikulus
Artikula atau kata sandang adalah kata-kata yang berfungsi sebagai penentu atau mendefinisikan sesuatu nomina, ajektifa, atau kelas lain. Artikula dalam bahasa Indonesia adalah si, sang. Contoh:
Ø  Mana si gendut, sejak tadi belum muncul
Ø  Kami bertemu dengan sang Mahaputra
Ø  Nama kucingku adalah si manis
Ø  Sang merah putih berkibar didepan istana Negara
g.      Interjeksi
Interjeksi adalah kata-kata yang mengungkapkan perasaan batin misalnya karena kaget, marah, terharu, kangen, kagum, sedih, dan sebagainya. Interjeksi terbagi menjadi dua yaitu interjeksi yang berupa kata singkat (wah, cih, hai, oi, oh, nah, hah) dan interjeksi yang terdiri dari kata-kata biasa ( aduh, celaka, gila, kasihan, bangsat, astaga. Alhamdulillah, Masyaallah dsb). Contoh:
Ø  “Wah, mahal sekali!”
Ø  “Alhamdulillah, akhirnya kita berhasil!”
Ø  “hai, siapa namamu?”
h.      Partikel
Partikel dalam bahasa Indonesia antara lain adalah kah, lah, tah, dan pun. Partikel ini berfunhsi sebagai penegas dalam tuturan. Contoh:
Ø  Apakah isi lemari itu?
Ø  Ambillah buku itu!
Ø  Dimanakah kamu tinggal?
Ø  Kalau kamu tidak puas, saya pun tidak puas!



DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: PT RINEKA CIPTA.


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar