NAMA :
DELFI NOFITA SARI
NIM :
166048
KELAS : PBSI 2016 A
MATA KULIAH : MORFOLOGI
KLASIFIKASI KATA
A.
KLASIFIKASI KATA MENURUT PARA AHLI
a.
Penggolongan kata menurut Gorys
Keraf, ada empat (4) kategori yaitu:
1)
Kata benda
Ialah semua kata yang dapat diterangkan atau diperluas dengan yang
+ kata sifat. Kata ganti merupakan sub-golongan kata benda.
2)
Kata kerja
Ialah segala macam kata yang dapat diperluas dengan kelompok kata
dengan + kata sifat. Misalnya berjalan, nyanyi, mendengar.
3)
Kata sifat
Ialah semua kata yang dapat mengambil bentuk se + reduplikasi kata
dasar + nya. Misalnya semahal-mahalnya, secepat-cepatnya.
4)
Kata tugas
· Kata tugas monovalen, yaitu yang
semata-mata bertugas untuk memperluas kalimat, misalnya dan, tetapi, sesudah,
di, ke, dari.
· Kata tugas yang abmivalen, yaitu kata tugas
yang juga bertindak sebagai jenis kata lain, baik dalam membentuk suatu kalimat
minim maupun mengubah bentuknya. Misalnya sudah dan tidak.
b.
Penggolongan kata menurut
Aristoteles, ada sepuluh (10) kategori yaitu:
1)
Kata Benda => Nomina
2)
Kata Sifat => Adjektiva
3)
Kata Kerja => Verba
4)
Kata Bilangan => Numeralia
5)
Kata Ganti => Pronomina
6)
Kata Keterangan => Adverbia
7)
Kata Sambung => Konjungsi
8)
Kata Depan => Prevosisi
9)
Kata Sandang => Artikel
10)
Kata Seru => Interjeksi
c.
Penggolongan kata menurut M. Ramlan,
ada dua belas (12) kategori, yaitu:
1)
kata verbal,
2)
kata nominal,
3)
kata keterangan,
4)
kata tambah,
5)
kata bilangan,
6)
kata penyukat,
7)
kata sandang,
8)
kata tanya,
9)
kata suruh,
10)
kata penghubung,
11)
kata depan, dan
12)
kata seruan.
d.
Penggolongan kata menurut Harimurti
Kridalaksana ada tiga belas (13),yaitu:
1. Verba
2. Ajektiva
3. Nomina
4. Pronomina
5. Adverbia
6. Numeralia
7. Interogativa
8. Demonstrativa
9. Artikula
10. Preposisi
11. Konjungsi
12. Fatis dan
13. Interjeksi
B.
KLASIFIKASI KATA KELAS TERBUKA
Kata kelas
terbuka adalah kelas kata yang keanggotaanya dapat bertambah atau berkurang
sewaktu-waktu. Kelas kata terbuka selalu menjadi dasar dalam proses morfologis.
Menurut Chaer,
2008. Klasifikasi kelas terbuka adalah sebagai berikut:
a.
Nomina
Ciri utama kelas kata nomina dilihat
dari adverbia pendampingnya adalah:
1.
Tidak dapat didahului oleh
adverbia negasi tidak.
2.
Tidak dapat didahului oleh adverbia
derajat agak (lebih, sangat, dan paling)
3.
Tidak dapat didahului oleh adverbia
keharusan wajib
4.
Dapat didahului oleh adverbia yang
menyatakan jumlah seperti satu, sebuah, sebatang, selembar, dan sebagainya.
Contoh: sebuah meja, sebuah kursi, sebuah pensil.
Dari segi
bentuk nomina turunan dapat dikenali dari afiks-afiks yang diimbuhkan pada
dasar yakni bentuk:
Berprefiks : pe-,
per-
Berkonfiks :
pe-an, per-an, ke-an
Bersufiks : -an
b.
Verba (kata kerja)
Ciri utama verba atau kata kerja dilihat dari adverbia yang mendampinginya
adalah bahwa kata-kata yang termasuk kelas verba.
1.
Dapat didampingi oleh adverbia
negasi (tidak dan tanpa)
Contoh: tidak datang, tanpa makan
2.
Dapat didampingi oleh semua daverbia
frekuensi (sering, jarang, kadang-kadang).
Contoh: sering datang, jarang makan, dan kadang-kadang pulang
3.
Tidak dapat didampingi oleh kata
bilangan dengan penggolongan (sebuah, sebutir, selembar), namun dapat
didampingi oleh semua adverbia jumlah (sedikit, kurang, cukup).
Contoh: sebuah *membaca, dua butir *menulis, dan tiga butir
*pulang.
4.
Tidak dapat didampingi oleh semua
adverbia derajat.
Contoh: agak *pulang, cukup *datang, lebih *pergi.
5.
Dapat didampingi oleh semua adverbia
kala (sudah, sedang, tengah, lagi, akan, hendak, mau). Contoh: sudah makan,
sedang mandi, tengah membaca, lagi tidur.
6.
Dapat didampingi oleh semua adverbia
keselesaian (belum, baru, sedang, sudah).
Contoh: belum mandi, baru makan, sedang makan
7.
Dapat didampingi oleh semua
adverbial keharusan.
Contoh: boleh mandi, harus pulang, wajib datang
8.
Dapat didampingi oleh semua anggota
adverbia kepastian (pasti, tentu, mungkin, barangkali)
Contoh: pasti dating, tentu pulang, mungkin pergi.
Secara morfologi verba yang berupa kata turunan dapat dikenali dari
bentuknya.
Ø Berprefiks ber-
Berkonfiks
ber-an
Berklofiks ber-an
Berklofiks
ber-kan
Ø Berprefiks me-
Berklofiks
me-kan
Berklofiks me-i
Berklofiks
memper-
Berprefiks me-
dan konfiks per-kan
Berprefiks me-
dan berkonfiks per-i. (masing-masing dengan bentuk pasifnya berprefiks di-,
berprefiks ter- dan berprefiks zero)
Ø berprefiks ter-
berkonfiks
ter-kan
berkonsfik
ter-i
berprefiks se-
bersufiks –kan
bersufiks –i
c.
Adjektifa
Ciri utama ajektifa dari adverbia yang mendampinginya adalah bahwa
kata-kata yang termasuk kelas ajektifa.
1.
Tidak dapat didampingi oleh adverbia
frekuensi (sering, jarang, kafang-kadang). Contoh : sering indah, jarang
tinggi, kadang-kadang besar.
2.
Tidak dapat didampingi oleh adverbia
jumlah (banyak, sedikit, sebuah). Contoh: banyak bagus, sedikit baru, sebuah
indah.
3.
Dapat didampingi oleh semua adverbia
derajat (agak, cukup, lebih, sangat, sedikit, jauh, paling). Contoh: agak
tinggi, cukup mahal, lebih bagus.
4.
Dapat didampingi oleh adverbia
kepastian (pasti, tentu, mungkin, barangkali). Contoh: pasti indah, tentu baik,
mungkin buruk
5.
Tidak dapat diberi adverbia kala
(hendak, mau). Contoh: hendak indah, mau tinggi.
Secara morfologi ajektifa yang berupa kata turunan atau kata
bentukan dapat dikenali dari sufiks-sufiks (yang berasal dari bahasa asing)
- -al (faktual, ideal gramatikal)
- -il (prinsipil, idiil, materiil)
- -iah (alamiah, ruhaniah, harfiah)
- -if (efektif, kualitatif,
administratif)
- -ik (mekanik, patriotik, heroik)
- -is (teknis, kronologis, pancasilais)
- -istis (materialistis, optimistis,
egoistis)
- -i (islami, alami, jasadi)
- -wi (duniawi, surgawi, kimiawi)
- -ni (grejani)
C.
KLASIFIKASI KATA KELAS TERTUTUP
Kelas kata
tertutup adalah kelas kata jumlah keanggotaanya terbatas dan tidak tampak
kemungkinan untuk bertambah atau berkurang.
Menurut Chaer,
2008. Klasifikasi kata kelas tertutup adalah sebagai berikut:
a.
Adverbia
Adverbia lazim disebut kata
keterangan atau kata keterangan tambahan. Fungsinya adalah menerangkan kata
kerja, kata sifat, dan jenis kata lainnya. Adverbia disebut juga kata-kata yang
bertugas mendampingi nomina, verba, dan ajektifa. Adverbia pada umumnya berupa
bentuk dasar. Sedikit sekali yang berupa kata bentukan. Yang berupa kata
bentukan ini secara morfologi dapat dikenali dari bentuknya
1.
Berprefiks se- (sejumlah, sebagian,
seberapa, semoga)
2.
Berprefiks se- dengan reduplikasi
(sekali-kali, semena-mena)
3.
Berkonsfiks se-nya ( sebaiknya,
seharusnya, sesungguhnya, sebisanya)
4.
Berkonfiks se-nya disertai
reduplikasi (selambat-lambatnya, secepat-cepatnya, sedapat-dapatnya)
Dari segi semantic, yakni dari komponen makna utama yang dimiliki
dapat dibedakan menjadi:
- negasi
(tidak, bukan, tanpa tiada).
- frekuensi
(sering, jarang, kadang-kadang, biasa, sekali-kali, acap kali, selalu)
- kuantitas/jumlah
(banyak, sedikit, cukup, kurang, semua, seluruh, sebagian, seberapa)
- kualitas/derajat
(agak, cukup, lebih, kurang, sangat, paling, sedikit, sekali)
- waktu/
kala (sudah, sedang, lagi, tengah, akan, hendak, mau)
- keselesaian
(sudah, belum, baru, sedang)
- pembatasan
(hanya, saja)
- keharusan
(boleh, wajib, harus, mesti)
- kepastian
(pasti, tentu, mungkin, barangkali)
b.
Pronomina
Pronomina disebut juga kata ganti
karena tugasnya memang menggantikan nomina yang ada. Pronomina secara umum
dibedakan dalam 4 macam:
1.
Pronomina persona (kata ganti diri)
Kata ganti diri adalah pronomina yang menggantikan nomina orang
atau yang diorangkan, baik berupa nama diri atau bukan nama diri. Kata ganti
diri dibedakan atas:
Ø Kata ganti diri orang pertama tunggal (saya, aku, beta), orang
pertama jamak (kami kita)
Ø Kata ganti diri orang kedua tunggal (kamu, engkau), orang kedua
jamak (kalian kamu sekalian)
Ø Kata ganti diri orang ketiga tunggal (ia, dia, nya), orang ketiga
jamak (mereka)
2.
Kata ganti penunjuk (demonstratifa)
Kata ganti penunjuk atau pronomina
demostratifa (ini, itu) yang digunakan untuk menggantikan nomina sekaligus
dengan penunjukkan. Kata ganti penunjuk ini digunakan untuk menunjukkan sesuatu
yang dekat dengan pembicara, sedangkan kata ganti penunjuk itu digunakan untuk
menunjuk sesuatu yang jauh dari pembicara.
Ø Buku ini adalah buku impor
Ø Ini buku yang sudah lama saya beli
Ø Buku itu belum say abaca
3.
Kata ganti tanya (interogatifa)
Kata ganti tanya atau pronomina
interogatifa adalah kata yang digunakan untuk bertanya atau menanyakan sesuatu
(nomina atau kontruksi yang dianggap sebagai nomina) kata ganti tanya ini
meliputi: apa, siapa, kenapa, mengapa, berapa, bagaimana, dan mana.
Ø Apa ini?
Ø Ini apa?
Ø Apakah kamu mengambil buku itu?
4.
Pronomina tak tentu
Pronomina tak tentu atau kata ganti
tak tentu adalah kata-kata yang digunakan untuk menggantikan nomina yang tidak
tentu. Yang termasuk akata ganti tak tentu adalah seseorang, salah seorang,
siapa saja, setiap orang, masing-masing, suatu, sesuatu, salah satu beberapa
dan sewaktu-waktu.
Ø Ada sesorang menunggu anda diluar
Ø Setiap orang diminta menunjukkan KTP-nya
Ø Kerugian kami tidak seberapa
Ø Sewaktu-waktu kerusuhan itu akan terjadi lagi.
c.
Numerelia
1.
Kata bilangan
Kata bilangan atau numeralia adalaha kata-kata yang menyatakan
bilangan, jumlah, nomor, urutan dan himpunan. Menurut bentuk dan fungsinya
dikenal adanya kata bilangan utama (satu, dua, lima), bilangan genap (dua,
empat dua belas), bilangan ganjil (tiga, lima, tujuh), bilangan bulat, bilangan
pecahan, bilanan tingkat (pertama, kedua) dan kata bantu bilangan.
2.
Kata bantu bilangan
Kata bantu bilangan disebut juga kata penjodoh bilangan, atau kata
penggolong bilangan atau kata-kata yang digunakan sebagai tanda pengenal nomina
tertentu dan ditempatkan di antara kata bilangan dengan nominanya. Yang
termasuk dalam kata bantu bilangan adalah: ekor, buah, batang, helai, butir,
biji, pucuk, bilah, mata, tangkai, kuntum, tandan, carik, kaki, pasang, dan
rumpun. Contoh :
Ø Dua orang korea
Ø Seekor buaya
Ø Selembar kertas
Ø Sehelai kain
Ø Sepasang sepatu
Ø Sepucuk meriam
Ø Sebilah pisau
Ø Dua mata kail
Ø Sekuntum mawar
Ø Serumpun bamboo
d.
Preposisi
Preposisi atau kata depan adalah kata-kata yang digunakan untuk
merangkaikan nomina dengan verba di dalam suatu klausa.
Secara semantik preposisi menyatakan makna sebagai berikut:
1)
Tempat berada (di , pada, dalam,
atas, antara). Contoh:
Ø Nenek tinggal di Bogor
Ø Tulisannya dimuat dalam harian pos kota
Ø Terima kasih atas pemberian itu
2)
Arah asal (dari). Contoh:
Ø Dia dating dari Kediri
Ø Mereka baru kembali dari desa
3)
Arah tujuan (ke, kepada, akan,
terhadap). Contoh:
Ø Mereka menuju ke utara
Ø Kami meminta tolong kepada polisi
4)
Pelaku (oleh). Contoh:
Ø Jembatan itu dibangun oleh pemerintah pusat
Ø RS ini diresmikan oleh Gubernur DKI
5)
Alat (dengan, berkat). Contoh:
Ø Kayu itu dibelah dengan kapak
Ø Aku berhasil berkat bantuanmu
6)
Perbandingan (daripada). Contoh:
Ø Kue ini lebih enak daripada kue itu
7)
Hal atau masalah (tentang, mengenai).
Contoh:
Ø Mereka membicarakan tentang gempa bumi
8)
Akibat, batas waktu (hingga,
sehingga, sampai). Contoh:
Ø Mereka berdiskusi hingga larut malam
Ø Kita bersepeda sampai batas kota
9)
Tujuan (untuk, buat, guna, bagi).
Contoh:
Ø Ibu membeli sepatu baru untuk adik
Ø Guna kepentingan umu kami rela berkorban
e.
Konjungsi
Konjungsi atau kata pengubung adalah
kata-kata yang menghubungkan satuan-satuan sintaksis, baik antara kata dengan
kata, antara frase dengan frase, antara klausa dengan klausa atau antara
kalimat dengan kalimat.
Dilihat dari tingkat kedudukannya
dibedakan atas:
1.
Konjungsi koordinatif adalah
konjungsi yang menghubungkan dua unsur kalimat atau lebih yang kedudukannya
sederajat atau setara.
1)
Menghubungkan atau menjumlahkan
(dan, dengan, serta)
2)
Menghubungkan atau memilih (atau)
3)
Menghubungkan mempertentangkan
(tetapi, namun, sedangkan dan sebaliknya)
4)
Menghubungkan membetulkan (melainkan,
hanya)
5)
Menghubungkan menegaskan (bahkan,
malah, malahan, lagipula, apalagi, jangankan)
6)
Menghubungkan membatasi (kecuali,
hanya)
7)
Menghubungkan mengurutkan (kemudian,
lalu, selanjutnya, setelah itu)
8)
Menghubungkan menyamakan (yaitu,
yakni, ialah, adalah, bahwa)
2.
Konjungsi subordinatif adalah
konjungsi yang menghubungkan dua unsur kalimat (klausa) yang kedudukannya tidak
sederajat. Artinya, kedudukan klausa yang satu kebih tinggi (sebagai klausa
utama) dan yang kedua sebagai klausa bawahan atau lebih rendah dari yang
pertama.
Konjungsi ini dibedakan atas:
1)
Menghubungkan menyatakan sebab
akibat (sebab, karena)
2)
Menghubungkan menyatakan persyaratan
(kalau, jika, bila, bilamana, apabila, asal)
3)
Menghubungkan menyatakan tujuan
(agar, supaya)
4)
Menghubungkan menyatakan waktu (ketika, sewaktu, sebelum,
sesudah, tatkala, sejak, sambil, selama)
5)
Menghubungkan menyatakan akibat,
yaitu konjungsi sampai, hingga, dan sehingga)
6)
Menghubungkan menyatakan batas
kejadian (sampai, hingga)
7)
Menghubungkan menyatakan tujuan atau
sasaran (untuk, guna)
8)
Menghubungkan menyatakan penegasan
(meskipun, biarpun, kendatipun, sekalipun)
9)
Menghubungkan menyatakan pengandaian
(seandainya, andaikata)
10) Menghubunkan menyatakan perbandingan (seperti, sebagai, laksana)
3.
Konjungsi antar kalimat adalah
konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat
yang lain yang berada dalam satu paragraf.
Dari sifat hubungannnya dibedakan atas:
1)
Menghubungkan dan mengumpulkan
(jadi, karena, oleh sebab itu, kalau begitu, dengan demikian)
2)
Menghubungkan menyatakan penegasan
(lagipula, apalagi)
3)
Menghubungkan mempertentangkan atau
mengontraskan (namun, sebaliknya)
f.
Artikulus
Artikula atau kata sandang adalah
kata-kata yang berfungsi sebagai penentu atau mendefinisikan sesuatu nomina,
ajektifa, atau kelas lain. Artikula dalam bahasa Indonesia adalah si, sang.
Contoh:
Ø Mana si gendut, sejak tadi belum muncul
Ø Kami bertemu dengan sang Mahaputra
Ø Nama kucingku adalah si manis
Ø Sang merah putih berkibar didepan istana Negara
g.
Interjeksi
Interjeksi adalah kata-kata yang
mengungkapkan perasaan batin misalnya karena kaget, marah, terharu, kangen,
kagum, sedih, dan sebagainya. Interjeksi terbagi menjadi dua yaitu interjeksi
yang berupa kata singkat (wah, cih, hai, oi, oh, nah, hah) dan interjeksi yang
terdiri dari kata-kata biasa ( aduh, celaka, gila, kasihan, bangsat, astaga.
Alhamdulillah, Masyaallah dsb). Contoh:
Ø “Wah, mahal sekali!”
Ø “Alhamdulillah, akhirnya kita berhasil!”
Ø “hai, siapa namamu?”
h.
Partikel
Partikel dalam bahasa Indonesia
antara lain adalah kah, lah, tah, dan pun. Partikel ini berfunhsi sebagai
penegas dalam tuturan. Contoh:
Ø Apakah isi lemari itu?
Ø Ambillah buku itu!
Ø Dimanakah kamu tinggal?
Ø Kalau kamu tidak puas, saya pun tidak puas!
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi
Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar