NAMA :
DELFI NOFITA SARI
NIM :
166048
KELAS : PBSI 2016 A
MATA KULIAH : MORFOLOGI
KONSEP DASAR PROSES MORFOLOGIS
A.
Pengertian
Menurut Chaer, 2008. Proses morfologis pada dasarnya adalah proses
pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan afiks (dalam
proses afiksasi), pengulangan (dalan proses reduplikasi), penggabungan (dalam
proses komposisi), pemendekan (dalam proses akronimisasi), dan pengubahan
status (dalam proses konversi). Jadi, analisis morfologi adalah
mencerai-ceraikan data kebahasaan yang ada, sedangkan proses morfologi mencoba
menyusun dari komponen-komponen kecil menjadi sebuah bentuk yang lebih besar
yang berupa kata kompleks atau kata yang polimorfemis. Proses morfologi
melibatkan komponen bentuk dasar, alat pembentuk (afiksasi, reduplikasi,
komposisi, akronimisasi, dan konversi), makna gramatikal, dan hasil proses
pembentukan.
Contoh :
Ø Menulis , terdiri atas
morfem {meN-} dan {tulis}
Ø Murid-murid , terdiri dari
morfem {murid} dan {tulang}
B.
Ciri kata yang mengalami proses morfologis
Menurut Muslich, 2010. Ciri-ciri kata yang mengalami proses
morfologis adalah sebagai berikut:
1.
Berfungsi sebagai tempat
penggabungan dan sebagai penggabung.
Contoh:

{bangun} berfungsi
sebagai penggabungan
{murid}
{gelap}

{peN-an} berfungsi
sebagai penggabung
{ulang}
{gulita}
2.
Bentuk dasar tidak selalu bermorfem
tunggal, tetapi mungkin berupa morfem kompleks.
Contoh:
Belajar adalah bentuk dasar dari membelajarkan
Susah payah adalah bentuk
dasar dari bersusah payah
Tidak adil adalah bentuk
dasar dari ketidakadilan
3.
Dilihat dari wujudnya, bentuk dasar
dapat berupa kelompok kata.
Contoh:
Ø Bentuk dasar dari kata menemukan, berjuang, perhubungan adalah
pokok kata temu, juang, hubung
Ø Bentuk dasar dari kata mencangkul, perbaikan, disatukan adalah kata cangkul, baik, satu
Ø Bentuk dasar dari kata mengesampingkan, ketidakmampuan,
dikemukakan adalah kata ke samping, tidak mampu, ke muka.
4.
Penggabungan atau perpaduan morfem
mengalami perubahan arti.
Contoh:
Ø Bentuk dasar cangkul digabung dengan morfem {meN-} menjadi mencangkul=
artinya menjadi melakukan pekerjaan dengan menggunakan alat cangkul.
Ø Bentuk dasar juang digabung dengan morfem {ber-} menjadi berjuang
= artinya menjadi melakukan tindakan juang.
5.
Perpaduan bentuk
dasar dan afiks.
Contoh:
{meN-} menjadi {mem-}.
Penyesuaian ini didasari atas sifat bunyi awal bentuk dasarnya. Karena bentuk
dasar bantu adalah bilabial (bunyi bibir), bunyi akhir afiks {meN-} juga menyesuaikan diri menjadi
bunyi nasal bilabial sehingga menjadi mem-.
C.
Macam-macam proses morfologis
Menurut
Muslich, 2010. Macam-macam proses morfologis sebagai berikut:
1.
Kata berimbuhan (morfem afiks)
Contoh:
Ø Morfem imbuhan {meN-} misalnya kata: menulis, memakan
Ø Morfem imbuhan {ber-} misalnya kata : berdasi, berjuang
Ø Morfem imbuhan {peN-an}misalnya kata: pembangunan
2.
Kata ulang
Contoh :
Ø Murid-murid terbentuk dari
bentuk kata murid dengan morfem {ulang}
Ø Mencari-cari terbentuk dari
bentuk kata mencari dengan morfem {ulang}]
Ø Memukul-mukul terbentuk dari
bentuk kata memukul dengan morfem {ulang}
3.
Kata majemuk
Contoh:
Ø Meja hijau terbentuk dari
kata meja dan hijau
Ø Tinggal landas terbentuk dari
kata tinggal dan landas
Ø Mata kaki terbentuk dari
kata mata dan kaki
D.
Makna gramatikal
Menurut Chaer, 2008. Berbeda dengan makna leksikal, makna gramatikal
baru muncul dalam proses gramatika, baik proses morfologi maupun proses
sintaksis. Umpamanya, dalam proses prefiksasi ber- pada dasar dasi muncul
makna gramatikal “memakai dasi”.
Setiap makna gramatikal dari suatu proses morfologi akan menampakan
makna atau bentuk dasarnya, misalnya berkuda makna gramatikalnya
“mengendarai kuda”, dan bentuk berdiskusi makna gramatikalnya “melakukan
diskusi”.
E.
Hasil proses pembentukan
Menurut Chaer, 2008. Proses morfologi atau proses pembentukan kata
mempunyai dua hasil yaitu, bentuk dan makna gramatikal. Keduanya merupakan hal
yang berkaitan erat. Bentuk merupakan wujud fisiknya dan makna gramatikal
merupan isi dari wujud fisik atau bentuk itu.
Wujud fisik dari hasil proses afiksasi adalah kata berafiks, yang
disebut kata berimbuhan, kata turunan, atau kata terbitan. Wujud fisik dari
proses reduplikasi adalah kata ulang atau disebut juga bentuk ulang. Wujud
fisik dari hasil proses komposisi adalah kata gabung, disebut juga gabungan
kata, kelompok kata atau kata majemuk.
F.
Pembentukan kata diluar proses
morfologis
Menurut Muslich, 2010. Masih ada pembentukan kata-kata baru dengan
proses lain. Proses tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Akronim
Akronim merupakan kependekan yang
berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan
dilafalkan sebagai kata yang wajar.
Misalnya akronim dalam bahasa jawa
yang sering kita gunakan adalah paklik yang artinya adalah “bapak cilik”, bangjo yang
artinya adalah “abang ijo”. Sedangkan dalam bahasa Indonesia ada banyak akronim,
seperti:
Ø Pusdiklat kepanjangan
dari (pusat pendidikan dan pelatihan)
Ø Bimas kepanjangan dari (bimbingan
masyarakat)
Ø Menpora kepanjangan dari (menteri pemuda dan
olahraga)
2.
Abreviasi
Abreviasi adalah apa yang
sehari-hari disebut “singkatan” (Sudaryanto, 1983). Misalnya ATM (Anjungan
Tunai Mandiri), HMP (Himbunan Mahasiswa Prodi)
3.
Abreviakronim
Abreviakronim adalah gabungan antara
akronim dengan abreviasi. Misalnya polri kepanjangan dari (Polisi
Republik Indonesi), pemilu kepanjangan dari (Pemilihan Umum).
4.
Kontraksi
Kontraksi atau pengerutan, misalnya begitu
(bagai itu), begini (bagai ini) (Sudaryanto, 1983). Ada juga
dijumpai dalam bahasa jawa, misalnya ning (nanging), mau kae (mengke)
(Brandsetter, 1957)
5.
Kliping
Kliping adalah pengambilan suku
khusus dalam kata yang selanjutnya dianggap sebagai kata baru (Samsuri, 1988).
Misalnya influenza menjadi flu, professional menjadi prof.
6.
Afiksasi pungutan
Misalnya {anti-} menjadi
(antikomunis, antikekerasan), {non-} menjadi (nonformal, non-pemerintah),
{antar-} menjadi (antardaerah, antar siswa), {swa-} menjadi
(swasembada, swadaya, swalayan).
DAFTAR PUSTAKA
1.
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi
Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
2.
Masnur, Muslich. 2010. Tata
Bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar